Antv –Rusia dan Ukraina saling melempar tuduhan terkait penembakan di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang saat ini dikuasai Rusia di Ukraina. PLTN tersebut menjadi pusat perhatian internasional karena jika terjadi kebocoran radiasi maka bisa memicu bencana.
Zaporizhzhia merupakan PLTN nuklir terbesar di Eropa. Pasukan Rusia telah mengendalikan PLTN tersebut sejak awal Maret. Sedangkan staf khusus Ukraina masih terus mengoperasikan dan dalam beberapa pekan terakhir kedua belah pihak saling menyalahkan atas penembakan di dekat PLTN ini.
Menurut BUMN Nuklir Ukraina yakni Badan Energi Energoatom pasukan Rusia kembali menembaki halaman komplek PLTN dalam 24 jam terakhir.
“Kerusakan saat ini sedang diperiksa,” tulis Energoatom dalam sebuah pernyataan lewat Telegram.
Sedangkan Kementerian Pertahanan Moskow menuduh pasukan Ukraina menembaki komplek PLTN tiga kali dalam 24 jam terakhir.
“Sebanyak 17 peluru ditembakkan, empat diantaranya mengenai atap gedung khusus no. 1, lokasi tempat 168 rakitan bahan nuklir WestingHouse AS disimpan,” ungkap Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuh pernyataan.
Dilaporkan 10 peluru meledak di dekat fasilitas penyimpanan kering untuk bahan bakar nuklir bekas dan tiga peluru lagi meledak di dekat sebuah bangunan yang menampung penyimpanan bahan bakar nuklir baru. Meski terjadi ledakan dilaporkan situasi radiasi di PLTN masih normal.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada hari Jumat (26/8/2022) bahwa situasi di PLTN Zaporizhzhia tetap sangat berisiko setelah dua dari enam reaktornya terhubung kembali ke jaringan. Sebelumnya akibat penembakan menyebabkan PLTN tersebut sempat padam untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Energoatom menjelaskan pada Jumat (26/8/2022) malam bahwa kedua dari dua reaktor PLTN telah berfungsi kembali setelah terhubung dengan jaringan. Reaktor tersebut kembali memasok listrik setelah sempat sepenuhnya putus pada Kamis (25/8/2022).
Sumber: Reuters