Korban Tewas Akibat Banjir Afghanistan Naik di Atas 180 Orang

Seorang pria membersihkan rumahnya pasca banjir di Afghanistan.
Seorang pria membersihkan rumahnya pasca banjir di Afghanistan. (Foto : Reuters)

Antv –Pemerintah Taliban meminta bantuan masyarakat internasional akibat banjir yang telah menelan korban jiwa sedikitnya 180 warganya tewas. Banjir telah menimbulkan kerusakan yang meluas di sejumlah provinsi Afganistan tengah dan timur dalam beberapa pekan terakhir.

Dampak bencana banjir bandang tersebut telah menghanyutkan ribuan rumah dan memperburuk krisis ekonomi dan kemanusian.

“Pemerintah Islam Afganistan tidak mampu menghadapi dampak banjir sendirian, Kami butuh bantuan dunia internasional, organisasi internasional dan negara – negara islam untuk membantu kami,” ungkap juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid dalam sebuah konferensi pers, Kamis (25/8/2022).

Ia menambahkan tercatat 182 orang tewas akibat banjir, 250 luka – luka. Lebih dari 3.100 rumah hancur total dan ribuan ternak mati.

Afghanistan telah mengalami sejumlah bencana alam sepanjang tahun ini. Mereka mengalami kekeringan dan gempa bumi yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang. Dampak pemulihan menjadi lebih sulit karena negara ini terputus dari sistem keuangan internasional sejak Taliban mengambil alih pemerintahan setahun lalu.

Pekerja sosial di Distrik Khosi Provinsi Logar Tengah melaporkan kehancuran terjadi di sejumlah wilayah yang luas akibat banjir bandang dalam beberapa hari terakhir. Ladang tanaman telah dipenuhi lumpur dan hewan ternak mati tergeletak bertumpukan.

Badan dunia PBB yang mengurusi anak – anak mencatat sekitar 20.000 orang di distrik tersebut terkena dampak banjir. Termasuk sedikitnya enam anak tewas dan dua lagi masih hilang.

“Orang – orang telah kehilangan segalanya, mereka kehilangan semuanya dalam semalam,” ujar Kepala Wilayah Tengah UNICEF Afganistan, Anne Kindrachuk saat mengunjungi wilayah tersebut.

“Terdapat tiga pusat kamp bantuan di wilayah ini, namun para pengungsi masih belum tahu apakah masih bisa bertahan selanjutnya. Mereka masih khawatir dengan persedian makanan pada musim dingin setelah mata pencaharian mereka hilang,” tambahnya.

Sumber: Reuters