Harga Minyak Goreng Curah Ikut Melambung Tinggi, Ini Penyebabnya

HET Sulit Diterapkan, Minyak Curah Ternyata Juga Untuk Bio Energi
HET Sulit Diterapkan, Minyak Curah Ternyata Juga Untuk Bio Energi (Foto : )
Harga minyak goreng curah yang melambung jauh dari harga HET (Harga Eceran Tertinggi), ternyata tidak hanya digunakan untuk bahan pangan, tapi juga untuk mensuplai produk bio energi.
Hal ini disampaikan oleh Tri Saktiyana, anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah(TPID) DIY, saat mengadakan pemantauan harga dan stok bahan pokok, bersama bupati dan dinas terkait di pasar Argosari Wonosari dan beberapa distributor di Gunungkidul, Yogyakarta, Senin (4/4/2022).Dalam pantauan ini, Tri Saktiyana mengatakan, minyak goreng curah dan kemasan harganya naik.  Sejumlah komoditas lain juga mengalami kenaikan, dimana menurutnya masih dalam tahap wajar, seperti yang terjadi di hampir semua"Kenaikan ini terjadi di hampir semua daerah, terlebih memasuki ramadhan dan menjelang lebaran mendatang. Minggu lalu kita pemantauan di Sleman kondisinya hampir sama, sehingga diharapkan masyarakat bisa menyesuaikan diri," kataTri juga menyebut, soal minyak goreng bukan lagi menjadi persoalan per daerah, karena sudah menjadi masalah nasional."Kebutuhan minyak goreng tidak hanya untuk pangan tapi juga untuk energi bio solar, yang juga berbahan dari kelapa sawit. Sementara saat ini merupakan masa transisi untuk penyesuaian," lanjutnya.Produksi minyak goreng khususnya curah, menurut Tri, memang belum bisa mencukupi kebutuhan masyarakat. Hal ini terkait dengan pembatasan distribusi oleh produsen, termasuk juga karena terikat perjanjian kerjasama dengan pihak lain di bidang bio energi.Saat ini, harga HET minyak curah yang ditetapkan pemerintah dipatok 14 ribu per liter. Namun harga di pasaran bisa tembus hingga 20 ribu per liter."Harga net yang ditetapkan oleh pemerintah  untuk minyak curah memang sulit diterapkan, karena keterbatasan produksi dan harus berbagi dengan bidang energi," ujar Tri lagi.Disinggung mengenai operasi pasar, saat ini Pemda DIY masih melakukan pembatasan."Memang barangnya terbatas, tapi kami tetap akan bekerjasama dengan Kementrian Perdagangan. Buktinya beberapa kali dilakukan (operasi pasar) tapi belum bisa mencukupi," ujar dia. Lucas Didiet I
Gunung Kidul, DIY