Keterbatasan bahan bacaan menjadi penyebab rendahnya tingkat budaya baca di Indonesia. Hal itu mendorong Perpustakaan Nasional (Perpusnas) siap bertransformasi mewujudkan ekosistem digital nasional.
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan Perpusnas sebagai institusi pembina semua jenis perpustakaan di Indonesia secara teknis memiliki kewajiban untuk menginspirasi dan memberikan gagasan, teori-teori baru tentang ilmu pengetahuan untuk kemajuan bangsa.
Menurut Syarif, sesuai standar UNESCO idealnya tiga buku baru tiap orang, tiap tahunnya, sedangkan kondisi yang ada satu buku ditunggu 90 orang.
"Selama berpuluh-puluh tahun dunia menghakimi Indonesia sebagai budaya baca yang rendah. Budaya baca kita tidak rendah, buktinya hanya Indonesia yang pernah memiliki lebih dari seratus aksara di dunia. Hanya saja keterbatasan buku masih menjadi masalah," kata Syarif.
Untuk mewujudkan gagasan tersebut, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI kembali menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan Tahun 2022.
Mengutip laman perpusnas.go.id, Rakornas digelar untuk menyamakan persepsi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam membangun kekuatan untuk mengimplementasikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 tentang peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).
Lebih lanjut Syarif menambahkan, bahwa literasi tidak hanya kemampuan merangkai huruf menjadi kata, kata dan kalimat, kalimat menjadi paragraf. Namun, literasi pada tingkat tinggi yang bermutu yang dapat digunakan dalam kompetisi global.
Sementara, Plt Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Subandi Sardjoko mengatakan, dalam RPJMN menempatkan literasi, inovasi dan kreativitas sebagai salah satu pilar penting untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju dan berdaya saing.
"Perpustakaan sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat dapat menjadi ujung tombak pengembangan budaya literasi untuk mendukung inovasi dan kreativitas," kata dia.
Subandi mendorong perpustakaan perlu mengembangkan inovasi teknologi digital. Selain meningkatkan minat baca, perpustakaan diharapkan dapat menemukan solusi untuk permasalahan kehidupan masyarakat.
"Melalui Rakornas perpustakaan ini kami harap mampu merespon tantangan utama di era revolusi industri 4.0, yakni menyiapkan SDM yang literat, berkualitas dan berdaya saing serta SDM yang mampu mempraktekkan prinsip literasi baru untuk mewujudkan ekosistem digital nasional," ungkapnya.
Pendapat serupa juga disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga KemenkoPMK Didik Suhardi, pihaknya telah menyusun peta jalan pembudayaan literasi.
"Literasi jangan hanya dibatasi hanya pada urusan membaca dan menulis saja tetapi literasi sebuah kemampuan untuk menyerap pengetahuan dan mengimplementasikannya untuk kehidupan yang lebih baik," kata Didik.
Tahun 2022, Rakornas Bidang Perpustakaan mengusung tema "Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional".
Rakornas akan diselenggarakan selama dua hari pada 29-30 Maret 2022 secara hybrid.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Muhadjir Effendy dijadwalkan hadir sebagai keynote speaker dan membuka Rakornas secara resmi.
Masyarakat dapat mengikuti Rakornas Bidang Perpustakaan Tahun 2022 melalui https://s.id/REGISTRASIRAKORNAS2022.
Dorong Minat Baca, Perpusnas Siap Bertransformasi Wujudkan Ekosisitem Digital
Minggu, 27 Maret 2022 - 23:07 WIB