Transisi Energi di Indonesia, Dua Sumber Energi Ini Dapat Jadi Pilihan Menjanjikan

anjungan-tambang-minyak-di-tengah-laut
anjungan-tambang-minyak-di-tengah-laut (Foto : )
kata Moshe.Memang pemakaian gas di kawasan Asia Pasifik belum digunakan secara masif. Namun dibanding pemakaian minyak dan batubara, gas jauh lebih bersih.[caption id="attachment_496000" align="alignnone" width="900"]
Grafik: Aspermigas[/caption]"Soal gas, potensinya sangat besar dan jauh lebih bersih dari batubara dan minyak. Ini harus kita push karena resource-
nya ada, tidak perlu impor. Ini dapat dimanfaatkan untuk konsumsi dalam negeri," papar Moshe.Bahkan di berbagai negara, pemakaian gas sebagai sumber energi cukup tinggi.Sebagai negara kepulauan, Indonesia cocok menggunakan gas sebagai energi transisi karena dapat dikirim dengan menggunakan kapal.Namun yang jadi masalah, untuk mengkonversi pembangkit listrik tenaga batubara butuh biaya tak sedikit. Apalagi diperlukan terminal-terminal untuk penyimpanan gas dari daerah lain.

Energi Nuklir

Salah satu energi lain yang dapat jadi alternatif transisi energi di Indonesia adalah tenaga nuklir.Menurut Moshe, tenaga nuklir cukup aman jika dibandingkan dengan minyak. Polusinya juga jauh lebih kecil dan sangat bersih.Dikatakan, tenaga nuklir cocok dibangun di Kalimantan yang jarang terjadi gempa bumi. Tenaga nuklir juga dinilai bagus untuk memasok kebutuhan energi ibu kota baru.Saat ini, kata Moshe, teknologi nuklir untuk listrik, sudah memasuki generasi keempat. China sendiri sudah membangun pembangkit listrik tenaga nuklir dengan teknologi terbaru itu dan akan beroperasi tahun ini.[caption id="attachment_496001" align="alignnone" width="949"]