Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Behavioral Medicine meneliti memaafkan sebagai prediktor kematian, dan menemukan hubungan yang signifikan secara statistik. Dari catatan penulis penelitian, memaafkan orang lain dikaitkan dengan penurunan risiko semua penyebab kematian.
Membantu menurunkan risiko gangguan psikologis Menurut Worthington, tindakan tidak memaafkan seseorang atau menolak memaafkan seseorang hampir selalu ditandai dengan merenungkan dan memikirkan masalah tersebut berulang kali. Dan jika kita terus memikirkannya, maka itu justru dapat menyebabkan gangguan psikologis.
“Kita semua akan memikirkan masalah, tetapi caranya berbeda pada setiap individu. Beberapa orang melakukannya dengan marah, beberapa orang memikirkannya dengan putus asa atau merasa tertekan. Yang lain melakukannya dengan cemas,” kata Worthington.