Profesor Roshanka Ranasinghe dari IHE Delft and Deltares (Belanda) melakukan rancangan studi pertama di dunia bersama penulis utama Dr Claudia Tebaldi dari Laboratorium Nasional Pasific Nothwest National Department of Energy AS.
Studi ini menyatukan tim peneliti internasional dari Amerika Serikat, Belanda, Italia, dan Australia, yang pernah memimpin penelitian besar sebelumnya, tentang permukaan laut ekstrem dan efek kenaikan suhu permukaan laut.
Tim tersebut mengumpulkan data dan memperkenalkan metode sintesis baru, dengan melakukan perkiraan alternatif, untuk memetakan kemungkinan efek kenaikan suhu mulai dari 1,5 derajat C hingga 5 derajat C yang dibandingkan dengan masa pra-industri - sebuah kisaran suhu yang belum pernah terjadi dalam penelitian sebelumnya. Profesor Ranasinghe mengatakan, penelitian tersebut dilakukan atas dasar kepedulian dan keingintahuan dampak besar dari adanya kenaikan atau meningkatnya suhu bumi. Di mana, berdasarkan catatan yang ada, dunia telah menghangat sekitar 1,1 derajat Celcius dibandingkan dengan masa pra-industri.Ia menambahkan, studi baru ini selaras dengan pernyataan dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) baru-baru ini. IPCC menyatakan, peristiwa naiknya permukaan air laut ekstrem akan menjadi jauh lebih sering dan meluas di seluruh dunia pada akhir abad ini, karena dampak pemanasan global."Ini bukanlah sebuah kejutan dan tidak mengherankan bahwa pemanasan suhu 1,5 derajat Celcius akan memiliki efek substansial pada frekuensi dan besarnya kenaikan permukaan laut yang ekstrem," ujarnya.Seperti diketahui, selama beberapa bulan terakhir pemberitaan di seluruh dunia telah dipenuhi dengan kabar bencana iklim dan perubahan cuaca yang
Ahli Ingatkan Kenaikan Permukaan Laut Akan Lebih Ekstrem
Jumat, 3 September 2021 - 11:10 WIB