Waspadai Bahaya Diet Terlalu Ketat bagi Kesehatan Tubuh

Waspadai Bahaya Diet Terlalu Ketat bagi Kesehatan Tubuh
Waspadai Bahaya Diet Terlalu Ketat bagi Kesehatan Tubuh (Foto : )
Bahaya diet terlalu ketat bagi kesehatan tubuh meliputi, dehidrasi, gula darah tak terkontrol, kehilangan otot, dan metabolisme tubuh melambat.
Diet terlalu ketat atau diet ekstrem memang bisa cepat berhasil, namun ini seringkali tak baik bagi kesehatan. Cara menurunkan berat badan yang baik adalah dengan menjalani pola hidup sehat, tak hanya lewat makanan dan minuman yang dikonsumsi tetapi juga gaya hidup positif lainnya. Diet yang ekstrem juga berisiko membuat pelakunya merasa lemas, suasana hati mudah berubah, mual, hingga merasakan sakit. Tak hanya itu, dampak diet ini dalam jangka panjang termasuk berat badan yang kembali ke asal. Berikut bahaya diet terlalu ketat bagi kesehatan tubuh, seperti dilansir dari US News & World Record.Dehidrasi
Menurut spesialis penyakit dalam dan spesialis obesitas asal New York City, Dr Louis J Aronne, kesuksesan diet ekstrem itu sebetulnya hanya ilusi karena berat badan yang hilang tersebut cenderung berasal dari berat air, bukan lemak. Penyebabnya, ketika kita membatasi kalori, karbohidrat atau keduanya, sumber energi pertama yang akan dibakar oleh tubuh adalah glikogen. Glikogen adalah bentuk karbohidrat yang disimpan di hati dan otot,  dan 3 gram air melekat pada setiap gram karbohidrat. Jadi, saat tubuh kita membakar semua glikogen, air tersebut akan ikut keluar dari tubuh. "Jadi banyak orang yang melakukan diet singkat kemudian berakhir dengan kehilangan banyak air dan dehidrasi,” ujarnya. Beberapa gejala yang mengikuti antara lain sakit kepala, lelah, dan pusing. Gula darah tak terkontrol Bergantung pada jenis dietnya, kita mungkin tidak akan mendapatkan asupan gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan serat yang stabil sepanjang hari untuk menjaga kadar gula darah dan insulin tetap stabil. Jika mengikuti diet detoks atau pembersihan, misalnya, asupan jus tinggi gula dan rendah serat secar teratur dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah yang kemudian turun dengan cepat. Kondisi ini bisa menyebabkan kita merasa sangat lapar beberapa jam kemudian. Beberapa pola diet ketat juga dikaitkan dengan yo-yo diet atau berat badan kembali seperti semula. Beberapa penelitian menemukan, fluktuasi berat badan dapat berkonstribusi terhadap resistensi insulin dan risiko diabetes tipe 2. Meski begitu, belum ada data pasti terkait hal ini. Sebab, penelitian mengungkapkan hasil yang beragam pada penelitian terhadap manusia maupun hewan. Kehilangan otot Penurunan berat badan yang stabil dan lambat hanya membuat kita kehilangan otot tak lebih dari sekitar 1 persen dari berat badan per minggu. Sebanyak 75 persennya berasal dari lemak dan 25 persennya dari kombinasi air dan otot. Menggunakan pendekatan diet yang agresif dengan memangkas kalori hingga di bawah 1.000 hingga 1.200 kalori per hari akan membuat tubuh memecah protein otot untuk energi. Penelitian menunjukkan, ketika kita menurunkan berat badan dengan cepat, kita bakal kehilangan otot sekitar tiga kali lebih banyak daripada jika menurunkan berat badan dengan lambat. Jadi, meskipun berat badan kita turun, fisik kita mungkin tidak terlihat jauh lebih baik. Sementara penurunan berat badan yang sangat cepat bisa menyebabkan otot-otot jantung mengalami atrofi. Misalnya, diet cairan rendah kalori yang ekstrem berkaitan dengan aritmia ventrikel dan risiko kematian. Metabolisme tubuh melambat Dengan lebih sedikit otot, tingkat metabolisme tubuh kita, atau jumlah kalori yang dibakar saat istirahat, secara otomatis juga akan turun. Artinya, tubuh kita bakal membakar lebih sedikit kalori ketika berjalan, berbicara, dan bahkan berolahraga. Metabolisme tubuh akan turun cukup rendah sehingga tubuh malah berhenti menurunkan berat badan. Ketika kita berhenti diet, metabolisme tubuh akan selalu lebih lambat daripada sebelum melakukan diet ketat. Sementara itu, ahli diet teregistrasi dan manajer layanan nutrrisi kesehatan dari Cleveland Clinic di Ohio, Kristin Kirkpatrick mengatakan, otak kita akan berpikir bahwa makanan yang kita konsumsi belum cukup. Ini akan memicu tubuh kita mengandalkan kalori untuk mencegah tubuh kelaparan. Pada akhirnya, jika memiliki target penurunan berat badan, opsi terbaik adalah berkonsultasi dengan ahlinya. Selain mendapatkan saran terbaik untuk mencapai target diet, kita juga bisa dijauhkan dari kemungkinan menjalani diet ketat yang tidak sehat.