Proses Pencarian Korban Banjir Bandang di Flores Timur Terhambat, Alasannya?

Proses Pencarian Korban Banjir Bandang di Flores Timur Terhambat, Alasannya?
Proses Pencarian Korban Banjir Bandang di Flores Timur Terhambat, Alasannya? (Foto : )
Proses pencarian korban banjir bandang di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) terhambat akibat keterbatasan persediaan alat berat di wilayah tersebut.
Keterbatasan persediaan alat berat berdampak pada lambatnya proses pencarian korban banjir bandang di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dilansir dari VIVA , Minggu (4/4/2021) hal ini disampaikan oleh Camat Adonara Timur, Damianus Wuran.“Kita kesulitan alat berat sehingga pencarian korban menjadi lambat, karena alat berat yang ada saat ini sudah dievakuasi ke wilayah Kecamatan Ile Boleng yang juga mengalami banjir dan tanah longsor,” kata Damianus terkait penanganan bencana banjir bandang di wilayah Waiwerang dan sekitarnya di Kabupaten Flores Timur.Banjir bandang di Waiwerang dan sekitarnya merupakan satu dari dua titik bencana di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur. Titik lain berupa banjir dan tanah longsor terjadi di Desa Nele Lamadike, Kecamatan Ile Boleng.Ia menjelaskan, khusus untuk bencana banjir bandang di wilayah Waierang dan Waiburak, jumlah Koran yang teridentifikasi untuk sementara berjumlah 6 orang, tiga orang meninggal dan tiga lainnya masih dalam pencarian.Banjir bandang berupa aliran lumpur yang membawa serta kayu dan batu itu juga mengakibatkan banyak rumah penduduk rusak parah serta menghanyutkan kendaraan, barang-barang berharga, hingga membuat akses jalan terputus.Proses pencarian masih dilakukan secara mandiri oleh warga setempat karena persediaan alat berat di Pulau Adonara dialihkan ke Kecamatan Ile Boleng yang mengalami kondisi lebih parah. Aparat juga terus mengidentifikasi anggota keluraga korban terdampak dan terus berkoordinasi dengan Puskesmas setempat agar bisa memberikan pelayanan kesehatan terhadap korban.Sementara di Kecamatan Ile Boleng, dilaporkan ada 40 rumah tertimbun longsor. Sejumlah akses jalan menuju lokasi juga terputus, sehingga proses evakuasi cukup terhambat. Jaringan telepon dan internet juga terputus sehingga koordinasi dari lokasi bencana juga terkendala.