PBB Sebut Jumlah Orang Butuh Bantuan Kemanusiaan Meningkat Tajam Akibat Pandemi

PBB Sebut Jumlah Orang Butuh Bantuan Kemanusiaan Meningkat Tajam Akibat Pandemi
PBB Sebut Jumlah Orang Butuh Bantuan Kemanusiaan Meningkat Tajam Akibat Pandemi (Foto : )
Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, OCHA, menyebutkan jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusian meningkat tajam akibat pandemi.
Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan OCHA (Office for the Coordnation of Humanitarian Affairs) menyebutkan jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusian meningkat tajam akibat pandemi. OCHA memperkirakan, peningkatan terjadi sekitar 40 persen pada tahun 2021 dibandingkan dengan tahun ini.Hal tersebut disampaikan OCHA dalam laporan tahunan terbarunya Global Humanitarian Overview yang dirilis Selasa (1/12/2020). Dilansir dari AFP , laporan itu mengatakan bahwa untuk menjangkau 160 juta orang yang butuh bantuan kemanusian, butuh dana USD $ 35 miliar. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat dari dana USD 17 miliar yang telah disiapkan untuk tahun 2021.“Gambaran ini adalah perspektif paling suram dan tergelap tentang kebutuhan kemanusiaan yang pernah kami buat, dan itu karena pandemi telah menuai kematian di negara-negara paling rapuh dan rentan di planet ini,” kata kepala kemanusiaan PBB Mark Lowcock, Direktur OCHA.Ia menambhakan bahwa kondisi ini adalah untuk pertama kalinya sejak 1990-an, dimana kemiskinan ekstrem akan meningkat, usia harapan hidup turun, angka kematian tahunan akibat HIV, tuberculosis dan malaria, meningkat dua kali lipat.Mark Lowcock mengatakan bahwa masalah terbesar ada di Yaman, di mana sekarang ada bahaya “kelaparan skala besar”. Alasan utamanya adalah kurangnya dana dari negara-negara Teluk yang merupakan donor utama di masa lalu.Laporan OCHA menyebutkan bahwa negara-negara yang terutama butuh bantuan kemanusiaan termasuk Afghanistan, Kongo, Haiti, Nigeria, Sudan Selatan, Ukraina, dan Venezuela. Negara pendatang baru yang masuk daftar ini adalah Mozambik, Pakistan dan Zimbabwe.Mark Lowcock mengatakan, kondisi ini terjadi bukan dampak langsung pandemi, melainkan dampak runtuhnya perekonomian yang memiliki efek terbesar pada kebutuhan kemanusiaan.