Hasil studi terbaru mengungkapkan bahwa endometriosis memiliki keterkaitan dengan depresi dan gangguan mood yang dialami oleh perempuan.
Endometriosis adalah kondisi kesehatan yang banyak dialami oleh perempuan di dunia. Kondisi ini kerapkali menyebabkan rasa sakit kronis, bahkan dapat berakibat pada depresi.Ahli genetika dari Queensland University of Technology di Australia melakukan penelitian dan telah menemukan sejumlah faktor risiko yang kemungkinan dapat meningkatkan berkembangnya endometriosis dan depresi, serta berbagai kondisi gastrointestinal. Meskipun demikian, studi ini tidak mengesampingkan pengaruh lingkungan.Dikutip dari Science Alert , Senin (20/11/2020), penemuan ini sekaligus memperjelas bahwa kesehatan usus, endometriosis, dan gangguan mood kronis seringkali terjadi bersamaan berkat gen yang umum pada ketiganya.Endometriosis adalah kondisi di mana jaringan yang semestinya melapisi dinding rahim, yakni endometrium, tumbuh dan menumpuk di luar rahim. Sehingga, keberadaan jaringan endometrium pada organ reproduksi perempuan ini mengalami penebalan.Umumnya, gejala endometriosis yang dialami seperti pendarahan yang berlebihan, nyeri saat berhubungan dan selama menstruasi, mual hingga gangguan pencernaa. Selain gejala tersebut, tidak jarang perempuan dengan diagnosis tersebut juga mengalami gangguan kecemasan dan depresi.Penemuan penyebab endometriosis ini dilakukan peneliti pada tikus. Studi yang dilakukan pada tikus juga menyiratkan bahwa nyeri endometriosis dapat secara langsung memengaruhi otak, meningkatkan kepekaan terhadap nyeri dan gangguan mood.Lebih parahnya, penderitanya memiliki tingkat nyeri panggul yang sangat kronis, sehingga depresi semakin mungkin terjadi. Seolah-olah mengira bahwa nyeri tersebut membuatnya mengalami, padahal itu terjadi akibat endometriosis itu sendiri.Para peneliti menyadari akan kompleksitas depresi, dan menemukan bahwa hal itu bisa lebih dari sekadar keadaan psikologis. Melainkan, endometriosis tersebut dapat memengaruhi keseluruhan sistem fisiologis yang dipengaruhi oleh beragam gen.Studi kembar juga semakin menguatkan kondisi genetik yang mendasari endometriosis. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah salah satu gen yang terlibat mungkin juga memengaruhi depresi terhadap individu.Para peneliti menggunakan data dari studi asosiasi genome-wide (GWAS) yang dilakukan oleh International Endogene Consortum. Faktanya, hasil analisis tambahan mengungkapkan adanya
Studi Ungkap Hubungan Endometriosis dengan Depresi dan Gangguan Mood
Selasa, 1 Desember 2020 - 12:21 WIB