Penataan kerupuk sebelum dijemur. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Bahan utama kerupuk itu tepung tapioka. Dalam sehari, Pak Haji Sakjun menghabiskan 1,5 kwintal tepung. Bumbunya garam dan bawang. Beberapa rasa ditambahi ikan atau udang. Ada yang diberi pewarna, ada yang putih polos. Bentuknya ada yang bundar utuh, ada yang seperti mie.[caption id="attachment_397547" align="alignnone" width="1280"]
Penjemuran kerupuk. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Setelah semua bahan diaduk, lalu digiling dan ditata satu per satu di nampan bambu. Setelah itu dikukus sampai lembek. Baru kemudian dijemur hingga kering betul. Pengeringan dilakukan dua kali. Yang pertama itu tadi, dan yang kedua setelah diberi bumbu permukaan. Proses pengeringan jadi kuncinya. Kalau kurang kurang kering krupuk tak mau mekar.[caption id="attachment_397554" align="alignnone" width="1280"]
Haji Sakjun cek kerupuk. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Penggorengan dengan pasir berlangsung cepat kalau panasnya sesuai. Sekali masuk bisa langsung seratus kerupuk. Drumnya diputar, kerupuk pun mekar dan harus cepat-cepat dituang ke penampungan kalau tak mau gosong. Hanya butuh kurang satu menit sekali goreng.Kerupuk matang lalu diayak untuk menghilangkan pasirnya.Para pedagang kerupuk di pantura ada yang langsung ambil di sini dalam jumlah besar. Perajin juga mengemas dlam plastik kecil-kecil dan disetor ke pedagang eceran di Kendal dan sekitarnya.Pedagang kerupuk di Kaliwungu, Hj. Nur mengatakan, harga kerupuk sekarang per kilo matang itu Rp21 ribu.Penjualan kerupuk kalau musim kemarau itu bagus karena proses produksinya juga cepat dan banyak. Kalau musim hujan berkurang karena pengeringannya tidak cepat.
Teguh Joko Sutrisno | Kendal, Jawa Tengah