Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Kedai kopi berupa rumah kayu kuno. Kursi dan mejanya juga jadul dengan taplak meja kain batik khas tahun 70-an. Bagian belakang ada halaman yang ditanami kopi.Tapi ini hanya untuk menghadirkan suasana kebun saja. Karena kopi luwak dipanen dari kebun di Temanggung dan Wonosobo, dengan ketinggian lahan yang ideal bagi kopi.[caption id="attachment_393421" align="alignnone" width="900"]
Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Di halaman belakang kedai juga dipelihara beberapa luwak. Ada pemandu yang memberi penjelasan tentang berbagai hal yang terkait dengan luwak dan kopi yang dihasilkan. Wisata edukasi kopi istilahnya."Ngopi di sini lebih nikmat kalau tidak kesusu (tergesa-gesa), harus longgar dan berlama-lama. Kalau cuma sebentar menikmati kopi ya tidak maksimal," kata Herman, penikmat kopi asal Jogja.Berapa harganya?Kalau biasa ngopi sachetan ya gak masuk. Tapi penikmat kopi fanatik, untuk kenikmatan sejati ya sebisanya ditebus.[caption id="attachment_393422" align="alignnone" width="900"]
Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]"Gak mahal amat juga. Secangkir kopi luwak Rp25 ribu. Kalau kopi bubuk yang dibawa pulang, kita bungkus per 100 gram, harganya untuk kopi luwak robusta Rp250 ribu, kalau yang kopi luwak arabika Rp400 ribu," jelas Prana Aji.Wow! Itu artinya kalau per kilo harga kopinya Rp2,5 juta dan Rp4 juta.Sebenarnya saya ngebet juga pengen coba secangkir kopi luwak arabikanya. Tapi ngopi saya tunda dulu, masih ada beberapa tempat yang harus dikunjungi bersama rombongan.Seperti kata penikmat kopi di depan tadi, ngopi di sini kurang afdol kalau kesusu (terburu-buru). Teguh Joko Sutrisno | Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Baca Juga :