Penggranatan di jalan Cenderawasih ini adalah peristiwa kedua yang menyasar nyawa Soekarno di kota Makassar. Sebelumnya ada Peristiwa Mandai 1960. DI/TII Sulsel pimpinan Kahar Muzakkar dituding melontarkan serangan mortir ke konvoi Soekarno yang baru saja keluar dari Lapangan Terbang Mandai.
Sutan Sjahrir Dalang Penggranatan Soekarno? Mengejutkan, Sutan Sjahrir dituduh terlibat mendalangi percobaan pembunuhan itu. Soekarno langsung menjadikan Sjahrir sebagai tersangka tanpa proses pengadilan. [caption id="attachment_305725" align="alignnone" width="700"] Sutan Sjahrir, Soekarno dan Mohammad Hatta.[/caption] Setahun sebelumnya 1960, Partai Sosialis Indonesia yang didirikan Sjahrir bergerak dalam arah komunis. Sjahrir dituding menyokong PRRI/Permesta sehingga Presiden Soekarno membubarkan PSI. Bersama para tahanan politik lain, Sjahrir ditempatkan di sebuah rumah di Jalan Daha, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tiga bulan kemudian mereka dipindahkan ke Madiun, Jawa Timur.Kisah penahanannya bermula dari undangan dari Anak Agung Gede Agung pada 18 Agustus 1961. Mantan Menteri Luar Negeri RI dalam kabinet Burhanuddin Harahap ini menggelar upacara ngaben untuk ayahnya, Raja Gianyar.
Maka, datanglah Hatta, Sutan Sjahrir, Moh. Roem, Sultan Hamid II, dan sejumlah tokoh lain untuk memenuhi undangan Anak Agung Gde Agung. Tapi belakangan pertemuan ini disebut sebagai ajang konspirasi subversif oleh Soebandrio, yang kala itu menjabat Menteri Luar Negeri dan Kepala Pusat Intelijen.
Selanjutnya, pada 16 Januari 1962, Sjahrir ditangkap di rumahnya. Kemudian Anak Agung Gde Agung, Soebadio Sastrosatomo, dan Sultan Hamid II pun dicokok. Tokoh-tokoh Masyumi seperti Moh Roem dan Prawoto Mangkusasmito juga ditangkap.
Hanya Hatta, kolega berpolitik Sjahrir sejak 1920-an di Belanda, yang tak disentuh.
Tahanan Politik Selama di tahanan, Sjahrir diperlakukan baik. Namun, keadaan fisiknya terus menurun. Pada November 1962, dokter keluarga mendapati tensi Sjahrir demikian tinggi. Ia lalu dipindahkan ke RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Setelah membaik, ia dipindahkan ke penjara di Jalan Keagungan, Jakarta. Pada Februari 1965, ia dipindahkan lagi ke RTM Budi Utomo. Di sinilah Sjahrir mengalami stroke kedua. Akhirnya, Soekarno memperbolehkan Sjahrir mendapatkan perawatan di luar negeri, asalkan bukan di Belanda. Keluarga Sjahrir memilih Zurich-Swiss, sebagai tempat pengobatannya. Bulan 21 Juli 1965, Sjahrir beserta keluarganya terbang ke Zurich. Inilah momen terakhir Sjahrir melihat tanah air yang ia perjuangkan. Sutan Sjahrir akhirnya meninggal dunia pada umur 57 tahun di Swiss, 9 April 1966. [caption id="attachment_305782" align="alignnone" width="700"] Sjahrir bersama Haji Agus Salim.[/caption] Pahlawan Nasional Ratusan ribu orang mengantar ke pemakamannya. Bayangkan saja, rombongan paling depan sudah sampai di Kalibata, rombongan paling belakang baru sampe Bundaran Hotel Indonesia.Beberapa bulan sebelumnya, ternyata Presiden Soekarno telah mempersiapkan Keppres nomor 76 tahun 1966 untuk menjadikan Sjahrir sebagai Pahlawan Nasional sekaligus permintaan agar Sjahrir dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Selama 5 hari setelah Sjahrir meninggal, Indonesia berkabung total. https://www.youtube.com/watch?v=CKvAz9yNb6I Wakil Presiden Mohammad Hatta sangat kecewa dengan keputusan Soekarno yang memenjarakan Sjahrir tanpa proses peradilan. https://twitter.com/VideoSejarah/status/1248153293643104256?s=08 Sutan Sjahrir Arsitek Kemerdekaan Indonesia Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 5 Maret 1909. Sjahrir adalah seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Ia juga merupakan satu diantara begawan revolusi. Ketika Jepang merangsek Indonesia, Soekarno dan Hatta menjalin kerja sama dengan Jepang. Tidak bagi Sjahrir! Ia membangun jaringan bawah tanah anti-fasis. Sjahrir yakin Jepang tidak akan memenangi perang. Kekalahan di Pasifik menunjukkan tanda-tanda kehancuran Jepang. Indonesia harus mempersiapkan kemerdekaan.Bagi tokoh pergerakan lapangan seperti Sjahrir, bahkan Tan Malaka, Soekarno dan Hatta dinilai terlalu lembek dan pengecut untuk melawan Jepang secara terang-terangan.
Puncaknya adalah ketika Jepang memberlakukan romusha (1942-1945) bagi 4-10 juta penduduk lokal untuk membangun basis militer, terowongan, dan pengangkutan bahan pangan bagi Jepang.
Soekarno adalah orang paling bertanggung jawab dalam tragedi kemanusiaan ini. Baca: Bung Karno, Bintang Iklan Romusha Bernomor 970
[caption id="attachment_305772" align="alignnone" width="700"] Sutan Sjahrir di antara para pemuda pendukungnya.[/caption] Benar adanya! Jepang dihajar dua bom atom. Menyerah pada sekutu. Syahrir yang didukung para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk mempercepat memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 15 Agustus 1945. Karena sebelumnya digagas proklamasi akan dilakukan pada 24 September 1945.Dua hari sebelumnya, 15 Agustus 1945, ada pembacaan teks proklamasi kemerdekaan di Cirebon oleh dr Soedarsono. Sjahrir yang menyusun teks ini. Namun, teks itu hilang sampai sekarang.Mengapa Sukarno tidak segera memproklamasikan kemerdekaan? Karena ingin proklamasi didiskusikan terlebih dahulu dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Kelamaan, Bung! [caption id="attachment_305734" align="alignnone" width="700"] Peristiwa Rengasdengklok.[/caption] Para pemuda yang terdiri dari Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh kesal dan menculik Soekarno serta Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat untuk memaksa mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Saat itu subuh pukul 03.00 WIB, 16 Agustus 1945. Achmad Soebardjo kemudian menjemput Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dan memberikan jaminan proklamasi akan dilakukan selambat-lambatnya pada 17 Agustus 1945. [caption id="attachment_305716" align="alignnone" width="700"] Foto: Istimewa[/caption] Dan, dibacakanlah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 WIB di rumah Tadashi Maeda, jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta (sekarang jalan Proklamasi) tanpa dihadiri Sutan Sjahrir.