Antisipasi Corona, Minum Air Kembang Telang

Antisipasi Corona, Minum Air Kembang Telang
Antisipasi Corona, Minum Air Kembang Telang (Foto : )
Foto: Dok. pribadi Luluk Wardoyo[/caption]Dyah Lucky Retnani, demikian nama perawan Bu Wardoyo. Jeng Luluk, sapaan akrabnya. Perempuan cantik ini sudah dikaruniai tiga putri. Bersama ketiga putrinya dan didukung penuh oleh suami, ia tidak henti berkreasi. Menyulap hobi menjadi bisnis. Mulai dari aksesoris batik, tas dan sepatu, rajutan, kue dan nasi bungkus, nasi besek, nasi bakar hingga racikan herbal seperti air kembang Telang ini.“Sebenernya ini cuma hobi. Saya hobi mengacak-acak dapur. Entah membuat camilan, makan, ataupun minuman yang bisa kami nikmati bersama di rumah. Apalagi setelah anak-anak pergi sekolah dan suami berangkat ke kantor, banyak waktu bisa saya manfaatkan,” ujar Bu Wardoyo sambil tertawa.[caption id="attachment_287664" align="alignnone" width="600"]
Antisipasi Corona, Minum Air Kembang Telang Foto: Dok. pribadi Luluk Wardoyo[/caption]Kembali ke air bunga Telang. Bu Wardoyo meracik sendiri air bunga Telang plus-plus ini. Bunganya dipetik dari halaman rumah, plus-plusnya adalah tambah madu sebagai pemanis dan air perasan jeruk lemon supaya lebih segar. Karena, air Telang itu tawar, tidak ada rasa. Kalau mau sedikit asam, bisa dicampur susu fermentasi atau juga yoghurt.[caption id="attachment_287651" align="alignnone" width="600"] Antisipasi Corona, Minum Air Kembang Telang
Foto: Dok. pribadi Luluk Wardoyo[/caption]“Pas kembang Telang ada, eh, madunya habis ... Pas bahan semua lengkap, loh, botolku ternyata habis ... Hahaha ... Harus belanja sendiri semua. Yah, beginilah kalau direktur merangkap pembantu umum,” curhat Bu Wardoyo diiringi tawa renyah.Bu Wardoyo tidak memproduksi banyak air bunga Telang, hanya 15-20 botol sehari, namanya juga hobi. Per botol 320 ml dijualnya Rp10.000,- saja. Murah kan?Mengapa Bu Wardoyo menyukai angka 10.000? Entahlah ...Ini sekedar intermezo. Nasi bakar produksi dapur Bu Wardoyo dijual Rp10.000 juga. Nasi bakar Berlima namanya. Nasi bakar ini kondang di kantor Pak Wardoyo, suaminya. Pak Wardoyo tidak pernah protes ketika tumpukan rapi nasi bakar tertata di kardus sudah siap di mobilnya.[caption id="attachment_287661" align="alignnone" width="1280"]