Supermarket di Australia Mulai Batasi Pembelian Tisu

tisu toilet foto Manique Herath ABC Indonesia
tisu toilet foto Manique Herath ABC Indonesia (Foto : )
Aksi borong di Australia selama beberapa hari terakhir telah memaksa jaringan supermarket Woolworths batasi pembelian tisu toilet. Padahal produksi tisu diperkirakan lebih dari cukup.
Sejak Pemerintah Australia mengumumkan  adanya kasus virus corona di negara mereka, telah membuat warga menyerbu supermarket. Sejumlah barang seperti tisu toilet, popok sekali pakai, susu tahan lama telah diborong pembeli. Begitu juga dengan bahan makanan yang tahan lama seperti pasta, beras, dan air minum dalam kemasan. Gara-gara aksi borong warga, Woolworths, salah satu supermarket terbesar di Australia hari ini mengatakan akan membatasi pembelian tisu toilet masing-masing pembeli empat kantong. Sebelumnya, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan, ia sudah berbicara dengan Woolworths dan supermarket besar lainnya mengenai pasokan global dan perilaku konsumen. "Saya tidak khawatir, namun saya kira penting untuk memahami bagaimana sistem kerja jaringan supermarket ini dalam memasok bahan-bahan yang diperlukan warga Australia," kata Morrison. Menurutnya, aksi borong atau panic buying akibat virus corona tidaklah seburuk dengan gambar-gambar yang beredar di media sosial. "Jelas sekali ada beberapa barang yang sudah tidak tersedia dalam jangka pendek. Namun kami berusaha memenuhi pasokan tersebut," kata Morrisson. Sementara pihak supermarket menjamin pasokan barang ke jaringan toko mereka. Sejumlah barang seperti makanan kemasan dan produk kesehatan juga ditingkatkan stoknya.

Tak Perlu Borong Barang

Kepada media SBS, Tim Woods dari IndustriEdge mengatakan, warga Australia sama sekali tidak perlu untuk membeli tisu toilet berlebihan. Menurutnya,  75 persen tisu toilet di dalam negeri diproduksi sendiri, yaitu sebanyak 310 ribu ton setiap tahun. Dikatakan, industri lokal memiliki kemampuan untuk meningkatkan produksi bila memang diperlukan. Sementara Menteri Kesehatan negara bagian New South Wales, Brad Hazzard mengatakan, tidak ada alasan sama sekali bagi warga untuk menumpuk barang-barang di rumah. Menurutnya, virus corona memang sudah masuk ke Australia dan dipastikan akan menyebar, seperti virus corona lain sebelumnya. Namun, 80 persen orang yang terjangkit Covid-19 hanya akan mengalami gejala flu yang ringan, seperti flu lainnya. Fred Harrison dari jaringan supermarket independen IGA mendesak warga Australia tidak membeli karena panik, karena malah akan membuat pemasok barang di Australia kewalahan. "Kita mengharapkan publik untuk lebih bertanggung jawab. Kita tidak akan mengalami karantina dalam rumah selama tiga empat bulan ke depan," katanya. "Masalahnya adalah pembuat barang bisa meningkatkan produksi, namun itu memerlukan waktu." "Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan dalam waktu 24 atau 48 jam. Kalau kita tidak berhat-hati, maka akan terlihat lagi supermarket di akhir pekan depan kosong dengan barang-barang," kata Fred lagi. ABC Indonesia