Apakah anda juga sering melakukan penilaian-penilaian? Tuduhan-tuduhan? Sangkaan-sangkaan? Adakah dari anda yang tahu bahwa sejatinya Rahwana tidak pernah menyentuh Shinta?
Hampir seribu seratus malam Shinta bertahan dalam kesucian. Tiga puluh enam purnama berlalu tiada kontak seksual. Rahwana pun menjaga kemurnian raga perempuan yang dikasihinya. Rahwana membetot birahinya. Demi seteguk cinta sejati. Shinta dijamin keperawanannya. Lalu, bagaimana dengan Rama, suaminya? Kebalikan dari Rahwana! Justru Rama tak seperti klaim kaumnya, seorang titisan Dewa Wisnu yang ketujuh. Rama dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna". Namun ternyata Rama tak lebih dari manusia biasa. Tiada sakti mandraguna. Hanyalah manusia seadanya. Manusia yang masih menuntut kesempurnaan di luaran sana. Nun jauh di luar dirinya. Rama mempertanyakan kesetiaan Shinta! Ini yang pertama!Saat Rama menuntut kesetiaan Shinta, ia lupa membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia sehingga mengabaikan apa arti kesetiaan. Kesetiaan adalah keteguhan hati, ketaatan (dalam ikatan persahabatan, ikatan perhambaan), kepatuhan. Begini, jika Rama teguh hatinya, maka saat ia tahu dimana Shinta tidak harus menunggu tiga tahun untuk merangsek Kerajaan Alengka. Merebut kembali cintanya. Kecuali kalau Shinta bukan cinta sejatinya. Kecuali kalau Shinta hanyalah hadiah sayembara yang dimenanginya.
Menyoal keperawanan Shinta! Kedua, Rama mempertanyakan keperawanan Shinta. Perang dimenangi Rama. Shinta mengharap kedatangan Rama. Menjemputnya di taman Asoka. Namun ternyata tak juga menjadi nyata. Shinta hanya dijemput Laksmana. Rama tak sudi menginjakkan kaki di istana Alengka! Rama suaminya ternyata sangatlah angkuh! Shinta patah hati.Tiga tahun merindukan suaminya, ternyata Rama tak merindukannya. Kalau Rama merindukannya, pastilah bergegas datang menjemput Shinta langsung di taman Asoka. Ya, nggak?
Shinta mampu meredam pertanyaan yang mencuat dari pikirannya. Lari menghambur ke pelukan Rama di Ayodhya. Namun, sambutan Rama justru mengagetkan. Rama curiga, jangan-jangan Sinta telah dinodai Rahwana. Berulang kali Shinta menjelaskan dirinya tiada bernoda. Rahwana tidak sekali pun pernah menyentuhnya. Tapi Rama tak juga percaya. Shinta pasrah. Menyerahkan dirinya pada Dewa Aghni seraya berkesah mengapa suaminya tak percaya. Dewa Aghni pun menjawab Shinta. Jilat api lebih hebat dari api Hanuman saat membakar separuh Alengka membiru-merah. Sontak menjadi hembus sejuk. Bongkahan kayu bakar membara menjadi singgasana pijakan yang nyaman. Shinta melangkah keluar dari kobaran api dengan anggun. Rakyat terpana dan percaya. Shinta tak bersalah. Rama bahagia. Shinta masih suci. Penculikan dan pembuangan Shinta! Purnama lepas purnama. Dua belas purnama berlalu. Pergunjingan soal kesucian Sang Ratu belum juga pupus. Kabar-kabur menggunjing keperawanan Shinta membuat Rama gerah. Kabar-kabur anak yang dikandung Shinta adalah anak Rahwana membuat Rama gundah. Kaikeyi, ibu tiri Rama, memanfaatkan situasi. Bharata harus cepat naik tahta menggantikan Rama. Jangan sampai anak dalam kandungan Shinta yang menjadi pewaris tahta. Maka diculik dan dibuanglah Shinta.Kaikeyi meminta Rama dan Bharata berburu burung yang langka dan sangat indah bulunya. Keduanya segera bergegas. Laksmana curiga, ini jebakan ibu tiri mereka untuk membunuh Rama. Laksmana membuntuti kedua ksatria itu. Dugaannya salah! Kaikeyi mengincar Shinta! Shinta dibuang jauh ke dalam hutan oleh kaki tangan Kaikeyi. Shinta, ditinggalkan di dalam hutan. Sendiri. Dalam keadaan hamil! Mengandung anak Rama! Kembar! Kelak diberi nama Batlawa dan Ramakusya. Inilah sebenarnya penculikan Shinta!
Shinta ditolong seorang Resi bernama Walmiki. Sepuluh tahun berlalu. Suatu saat Rama dan rombongan kerajaan melewati hutan tempat tinggal Shinta. Ia mendengar Kusa dan lawa bernyanyi tentang kehebatan Rama. Didatanginya kedua anak lelaki itu. Dari obrolan mereka, Rama sadar bahwa Shinta belum mati dan kedua anak itu adalah anaknya. Diboyonglah Shinta dan kedua anaknya ke Ayodhya. Rahwana telah lepas keterikatan. Menjadi Resi menyuci diri. Mempersiapkan moksa. Menyambut svargga. Ikhlas melepas Shinta kembali ke Ayodhya. Shinta menyerah … Kaikeyi menyebarkan sangsi tentang Lawa dan Kusa. Rakyat Kosala lagi-lagi terpedaya. Ayodhya mulai berghibah. Rama mulai bertanya-tanya dalam hati. Shinta menyerah. Sebelum Rama berucap. Shinta memohon Ibu Bhumi menerimanya jika memang Lawa dan Kusa adalah anak kandung dirinya dan Rama. Ibu Bhumi bergetar. Terbelah. Shinta memejamkan mata. Shinta menyadari dirinya hanyalah hadiah sayembara. Pikirannya melambung jauh ke Alengka. Bukan lagi sumber kebahagiaan Rahwana di Taman Asoka. Air mata Shinta menetes di pipi. Menyambut pelukan Ibu Bhumi. Raganya mati. Sukma Rahwana didera nestapa cinta. Menangis sejadi-jadinya. Menggugat semesta. Andai dia sempat ikut perlombaan di Kerajaan Mantili, niscaya Shinta menjadi miliknya. Mengapa pula Sinta memilih pria yang tidak sepenuh hati mempercayainya? Mengapa urusan keperawanan menjadi petaka untuk Shinta? Bagaimana mungkin seorang Rama yang disebut-sebut adalah titisan dewata tak mampu menerawang vagina Shinta? Bagi Rahwana, Shinta adalah cinta sejatinya. Perawan ataupun tidak perawan! (*) Sumber:- Kitab Omong Kosong - Seno Gumira Ajidarma, Bentang Pustaka, 2013
- Rahvayana: Aku Lala Padamu - Sujiwo Tejo, Bentang Pustaka, 2017
- Rahwana: Kisah Rahasia - Anand Neelakantan, Javanica, 2017