Tak mau tinggal di negara mereka yang tengah berkecamuk perang saudara, ratusan pengungsi dari Afghanistan, Sudan, dan Somalia tidur di jalan di Kalideres, Jakarta Barat. Dengan beralaskan tikar dan tenda darurat seadanya, Mereka berharap mendapat suaka dari pemerintah Indonesia.Ratusan pengungsi tersebut menempati trotoar di depan Rumah Detensi Imigrasi Jakarta, Jalan Peta Selatan, Jakarta Barat. Tenda-tenda mereka terpasang tepat di atas trotoar di depan Rumah Detensi Imigrasi Jakarta. Sedangkan kondisi jalan cukup padat, truk-truk hilir mudik melintas. Sebelumnya, mereka tidur sembarang di trotoar. Separuh lebih dari mereka mengalami sakit. Kebanyakan merasakan sakit kepala dan sakit perut.Tidak hanya pria dan wanita dewasa, sejumlah anak balita dijumpai disana. Tenda yang sempit seadanya, membuat sebagian dari mereka berkeliaran dipinggir jalan, dan di pertokoan sekitar Rumah Detensi Imigrasi Jakarta. Sejumlah pengungsi yang kami temui, dapat berbahasa Indonesia.Salah satu pengungsi asal Afghanistan, Muhammad Rahimi (25), bersama kedua temannya dari afghanistan, arif ( 21)dan juma khan (35), mengatakan dirinya dan pengungsi lain telah empat bulan tinggal di tenda ersebut. Akan tetapi sebelumnya, Rahimi telah tinggal selama 5 tahun, di kota Bogor, Jawa Barat. "Saya telah tinggal disini 5 tahun.kita baru disini 4 bulan. Karena tidak ada seorangpun yang mendukung kita, kita telah 5 tahun tinggal disini dan menghabiskan banyak biaya.Uang kami sudah habis. Itulah mengapa kami memilih tinggal di depan kantor imigrasi" Ujar Rahimi.Namun beda halnya dengan rekannya Juma Kham, yang baru tinggal di Indonesia sekitar setahun lebih. Selain dari Afghanistan, terdapat juga pengungsi berasal dari Sudan dan Somalia.Menurut Rahimi rekan-rekannya pengungsi Afganhistan, memilih untuk keluar dari negaranya, karena keamanan negaranya tidak stabil. Perang yang terjadi dinegaranya membuat banyak rakyat Afghanistan memilih untuk migrasi ke negara lain, mencari suaka."Negara saya tidak aman, disana perang. Itulah mengapa kita meninggalkan negara kita. Kami datang ke Indonesia karena Indonesia negara yang aman. Kami akan aman di Indonesia", ujar Rahimi.Menurut Rahimi, mereka datang ke Indonesia melalui fasilitas lembaga milik PBB, yakni United Nations High Commisioner for Refugees,UNHCR (Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi).Mereka tidak memiliki Paspor sebagai data diri mereka. Mereka sengaja membuat tenda didepan Rumah Detensi Imigrasi Jakarta, dengan harapan dapat ditampung oleh pemerintah Indonesia, dan dibuatkan paspor sehingga mereka bisa bekerja. "Kita mau dari pemerintah Indonesia mengizinkan kita bekerja di Indonesia,karena kita tidak bisa bekerja di Indonesia, hidup kita susah.Kalo kita boleh kerja, itu baik bagi kita", tandas Muhammad Rahimi.Muhammad Rahimi, Arief, Juma Khan dan pengungsi lainnya hidup mengandalkan bantuan dari masyarakat. Setiap hari ada saja orang yang memberi makan. Ia berharap segera mendapat pertolongan dari Imigrasi.Aktifitas para imigran dilokasi tersebut, kerap menjadi perhatian warga sekitar, karena keberadaan mereka yang tersebar di lokasi pertokoan dan berada di pinggir jalan raya. Seperti yang disampaikan Budiman, pekerja bengkel yang kerap disinggahi oleh para Imigran. "Ya kalau ganggu sih ga begitu.kalau ganggu kita suruh pergi. Hari-hari biasalah ya makanan sih kalo makanan biasa ya cek cok, ga ada. Aman2 aja. Ya kelahi dorong-dorong berebut makanan, ya gitu aja.mungkin salah paham", Ujarnya.Budiman berpendapat bahwa Pemerintah Indonesia seyogyanya dapat memberikan tempat yang layak, kepada mereka para imigran kprban kekejaman perang di negaranya. "Bagusnya sih kasih tempat, kasihan. Kasih tempat yang layak.kasihan kan mereka punya keluarga. Makanan sehari-hari, kalau dapet, kalau ngga kan mereka kelaparan.kasian juga", Tandas Budiman.Nah, repot ya kalau perang saudara...bikin susah banyak orang Laporan Shandi March dari Jakarta
Hindari Perang, Pengungsi Afganistan, Sudan, Somalia Keleleran
Minggu, 27 Mei 2018 - 03:26 WIB