“Saya memiliki kecemasan pra-rilis, karena saya seperti, 'Ya, saya tidak tahu seperti apa iklimnya, apakah ini akan disukai, dicintai atau dibenci, saya tidak tahu. '. Itu telah menumpuk begitu banyak di kepala saya sendiri sehingga pada pemutaran pemain dan kru, saya mengalami serangan panik. Saya seperti 'Saya tidak tahu apakah ini akan terjadi'. Satu hal yang membuatku merasa hidup. Saya merasa, beberapa dekade kemudian, Anda masih hidup sebagai pembuat film. Masih terasa seperti film pertamamu,” ujarnya, dikutip ANTVKlik pada Kamis, 3 Agustus 2023.
“Tanganku gemetar, kakiku gemetar. Dan saya seperti, ini adalah bagian terbaiknya, sebenarnya. Anda bisa menyebutnya kecemasan. Anda bisa menyebutnya stres, tapi saya juga menyebutnya hidup. Sebagai pembuat film, itu berarti Anda tidak menerima begitu saja. Bahkan tidak satu hal kecil pun,” imbuhnya.
Karan lebih lanjut bercerita bahwa ia sempat merasa sangat berantakan sebelum film itu diluncurkan.
Namun, ia menyadari bahwa respons antusias masyarakat menandai bahwa film garapannya itu sangat dicintai dan dinanti-nanti.
“Malam sebelumnya, saya benar-benar berantakan. Kamis malam, kami mengadakan pemutaran di YRF dan peninjauan, dan pemutaran kritik terjadi secara bersamaan. Tapi saat itulah saya mulai menyadari bahwa 'Ya Tuhan, orang-orang benar-benar menyukainya' karena saya mulai mendapat pesan dari anggota media dan saya tidak pernah menerima pesan tertentu,” katanya.
