Kowe lungo tanpo kabar nganti seprene
Laraning ati sing nyonggo aku dewe
Ora ngiro yen bakal ngene dadine
Wis wis yo wis yen ngono yo wis tak lilakake.
Patah hati habis ditinggal pacar? Mau bikin perasaan makin tercabik-cabik kaya bekas luka dikasih perasan lemon? Dengerin aja lagu-lagunya Godfather of Brokenheart, Lord Didi Kempot.
Lagu-lagu campursarinya yang melow dan lirik yang menyayat hati cocok banget buat menemani kegalauan kamu habis ditinggalin pacar. Mau kamu ngerti atau gak ngerti Bahasa Jawa pun, cukup dengan mendengarkan suara beliau bakalan berasa banget kegetiran hati yang luka lewat pembawaannya yang pathetic abis!
Musisi kelahiran Solo ini menemukan audiens barunya di tahun 2019. Dengan Sebutan sadbois, sadgirl, atau sobat ambyar, sosok Didi Kempot seolah kembali digandrungi oleh millennials penikmat musik Indonesia.
Kiprah musisi kelahiran 31 Desember 1966 ini di belantika musik Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1984, namun di tahun 2019 fenomena galau yang menjangkiti pemuda nusantara membuat namanya kembali mencuat ke permukaan.
Penyanyi campursari asal Surakarta ini memulai karirnya sebagai pengamaen di jalanan, dari Yogyakarta sampai Jakarta. Di awal karirnya inilah Didi Kempot yang memiliki nama asli Didi Prasetyo merubah namanya menjadi Didi Kempot.
Nama kempot ia dapatkan bukan karena ia memiliki pipi yang kempot, melainkan merujuk pada singkatan
Kelompok Penyanyi Trotoar
.
Darah seni mengalir deras di dalam raga Lord Didi. Ranto Edi, ayah Didi merupakan seorang pelawak . Sama dengan kakaknya, almarhum Mamiek Prakoso yang merupakan pilar kelompok dagelan Srimulat.
Seiring berjalannya waktu, Didi ingin menyeriusi karier bermusiknya dan menjatuhkan pilihan pada genre campursari. Genre ini ia pilih dikarenakan dirinya khawatir akan para anak muda yang kurang tertarik dengan genre campusari.
Didi memulai debutnya di dunia campursari dengan merilis lagu “We Cen Yu” yang merupakan singkatan dari Kowe Pancen Ayu (kamu memang cantik –red) di akhir tahun 1980-an dan lagu ini secara perlahan mulai merubah kehidupan Didi. Seiring berjalannya waktu, iapun kembali merilis lagu Stasiun Balapan yang merupakan awal dari kesuksesannya.
Perjalanan karirnya telah menghasilkan puluhan album dan kurang lebih sekitar 700 lagu. Setidaknya yang tercatat ada Stasiun Balapan (1999), Modal Dengkul, Tanjung Mas Ninggal Janji, Seketan Ewu, Plong (2000), Ketaman Asmoro (2001), Poko’e Melu (2002), Cucak Rowo (2003), Jambu Alas bersama Nunung Alvi (2004), dan Ono Opo (2005). Saking banyaknya lagu yang ia tulis, Didi sendiri terkadang lupa pernah menulisnya.
Kebanyakan lagu Didi Kempot bercerita tentang mereka yang nelangsa sehabis putus cinta, mereka yang terombang-ambingkan cinta, susahnya melupakan mantan, LDR, dan masih banyak lagi.
Tema-tema inilah yang membuat lagu Didi Kempot seolah relatable sekali dengan kisah romansa masa kini. Pesan-pesan yang disampaikan lagunya juga sederhana, tidak ada salahnya kita merayakan patah hati karena patah hati itu sendiri merupakan siklus dari kehidupan.
This shall pass lah kalo quotes gaulnya mah.
Lagu-lagu
Lord Didi yang sangat relatable dengan realita percintaan anak-anak muda masa kini lah yang membuat namanya kembali mencuat di pertengahan tahun 2019 ini.
Realita percintaan anak muda yang hampir semua pernah mengalaminya seperti
we fall in love with people we can’t have, susahnya
move on, dan ketidakpastian inilah yang membuat lagu Didi akan selalu relevan dengan lika liku percintaan anak muda masa kini.
Di tahun ini, nama Didi Kempot mulai kembali mencuat setelah cuitan dari akun twitter dengan nama pengguna @AgusMagelangan viral. Tweet yang memiliki retweets sebanyak 7.000 dan likes sebanyak 5.700 bercuit tentang Didi Kempot, sang “God Father of Broken Heart” yang merupakan broken heart itu sendiri.
Tweet tersebut lantas menjadi viral dan sempat menjadikan Didi Kempot sebagai trending topic Indonesia di twitter.
Sosial media berperan penting terhadap kembali viralnya sang “Bapak Loro Ati Nasional” ini. Apasih yang gak bisa viral di social media? Kalo video kucing lagi main piano aja bisa viral ke seluruh dunia, apalagi lagu-lagu nelongso kaya lagu-lagunya Lord Didi.
Wong kita semua adalah jiwa-jiwa yang tersakiti kok, yakali lagu-lagunya Didi yang masterpiece kaya gini ga viral.
Lagipula, lagu-lagu Didi Kempot saat ini sudah semakin mudah diakses. Cukup dengan membuka Youtube atau aplikasi pemutar music seperti JOOX atau Spotify dan ketik “Didi Kempot” di kolom pencariannya, maka niscaya lagu-lagu masterpiece milik sang “Godfather of Brokenheart” akan langsung muncul.
No sad song, no life bro.
Fenomena Didi Kempot ini berhasil membawa hype campursari kembali di kalangan remaja-remaja Indonesia.
Produk budaya tersebut berhasil mejadi sebuah sub-kultur yang membumi di masyarakat. Sebuah identitas budaya yang dibawa oleh setiap kalangan di masyarakat turut mengambil andil dalam proses pembumian sub-kultur campursari tersebut. Entah di kehidupan nyata maupun dalam sosial media.
Dan dalam hal ini, sadboys dan sadgirls garis keras Lord Didi menujukkan identitas tersebut dalam mengidentifikasikan pengalaman hidupnya dengan lagu campursari Didi Kempot.
Mulai dari postingan tentang Didi Kempot di sosial media seperti di atas hingga ekspresi menyedihkan mereka ketika sedang menonton Godfather mereka menyanyi yang secara tidak sengaja tersorot kamera dan menjadi viral hingga meme plesetan lirik lagu Didi Kempot yang menjadi viral. Didi Kempot memang broken heart itu sendiri.
Selain itu, kontribusi para influencer juga turut menjadi salah satu penyebab kembali mencuatnya popularitas Didi Kempot di kalangan anak muda.
Sebut saja Gofar Hilman, presenter serba bisa itu mengajak Didi Kempot untuk menjadi bintang tamu di akun Youtubenya yang diberi nama #NGOBAM (Ngobrol Bareng Musisi). Hingga saat ini, video #NGOBAM Gofar bersama dengan Didi kempot telah mencapai hampir 5 juta views dengan 173 ribu likes.
Pada #NGOBAM edisi kali ini juga merupakan kali pertama Gofar Hilman melaksanakan #NGOBAM secara off air yang berlokasi di Wedangan Gulo Klopo, Kartasura, Jawa Tengah yang surprisingly, berhasil mendatangkan 1.500 sadboys dan sadgirls Kota Solo.
Dari beberapa faktor, dapat kita Tarik benang merah bahwa keinginan para penikmat music Indonesia untuk bernostalgia juga turut ikut andil dalam kembali viralnya Didi Kempot Sebagai Godfather of Broken Heart.
Hal ini pernah terjadi sebelumnya dikala Nasida Ria dan OM PMR kembali mencuat ke permukaan belantika music tanah air.
Di kala masyarakat awam melabelkan music dangdut dan kasidah sebagai suatu hal yang “norak” dan “gak banget”, justru segelintir orang yang ingin bernostalgia tersebut seolah menggali kembali artefak lama dan membawanya kembali ke masa kini dengan tampilan baru.
Tak lumrah jika hal ini berhasil membawa Lord Didi hingga ke panggung Synchronize Fest 2019.
Fenomena Didi Kempot di kalangan anak muda mungkin hanya tren akan bosannya anak muda dengan musik-musik saat ini. Untuk kalian para sadbois atau sadgirls musiman, semoga kalian gak pergi kalo nanti Godfather kalian hypennya sudah habis. Tapi sepertinya lagu tentang patah hati memang takkan pernah mati.
Salam ambyar!