Data Pengguna Bocor, Facebook Dinilai Lalai

Facebook
Facebook (Foto : )
www.antvklik.com
- Facebok dinilai lalai karena membagikan data pengguna kepada pihak lain tanpa persetujuan pemilik data. Munculnya laporan Cambridge Analytica yang secara tidak sah mengambil informasi dari 50 juta pengguna Facebook .Akibat kejadian tersebut, CEO Facebook Mark Zuckerberg mendapat kritikan sekaligus kecaman dari anggota Parlemen di Amerika dan Inggris. Facebook juga dikecam karena tidak memperingatkan penggunanya mengenai insiden itu pada 2015.Zuckerberg menyatakan sejak 2015 sudah mengetahui bahwa peneliti Inggris Aleksandr Kogan secara ilegal membagikan informasi pengguna dengan perusahaan riset, setelah mengumpulkan data itu secara legal melalui aplikasi untuk kuis kepribadian untuk kepentingan kampanye politik AS, termasuk kampanye presiden Donald Trump.Pada tahun yang sama Fcebook menuntut Cambridge Analytica agar menghapus semua data yang diperoleh secara tidak layak. Namun, pada minggu lalu ia mengetahui dari kantor-kantor berita bahwa perusahaan tersebut mungkin tidak menghapus data tersebut, meskipun memberikan sertifikasi bahwa telah melakukannya."Kami bertanggung jawab untuk melindungi data Anda, dan jika kami tidak bisa melakukannya maka kami tidak pantas untuk melayani Anda," kata Mark Zuckerberg saat merilis pernyataan tentang keterlibatan jaringan sosial dalam skandal pengumpulan data ilegal."Kabar baiknya adalah tindakan terpenting untuk mencegah ini terulang kembali saat ini sudah kami lakukan beberapa tahun yang lalu. Tapi kami juga membuat kesalahan, masih banyak yang harus dilakukan, dan kami harus bertindak dan melakukannya." Sambungnya.Zuckerberg mengatakan, insiden tersebut bukan hanya karena pelanggaran kepercayaan antara Kogan, Cambridge Analytica, dan Facebook, tetapi juga "pelanggaran kepercayaan antara Facebook dengan orang-orang yang berbagi data mereka dengan perusahaan kami dan mengharapkan kami untuk melindunginya."Akibat hal ini, seorang eksekutif Facebook yang bertanggung jawab atas keamanan berhenti dari perusahaan.  Dida Calista / Sumber: VOA News.