www.antvklik.com
- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) , Jim Mattis dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia dan Vietnam, dua negara ini yang telah mengambil sikap lebih berani dibanding negara lain terhadap klaim teritorial China di Laut China Selatan. Tujuan kunjungan ini adalah untuk meningkatkan kerja sama pertahanan antara kedua negara. Rencananya selama berada di Indonesia, ia akan bertemu dengan Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu.Kunjungan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis, yang kerap disapa 'Mad Dog' atau 'Anjing Gila' ini berlangsung ketika Pentagon memfokuskan kembali prioritasnya pada apa yang disebutnya sebagai “persaingan kekuatan besar” dengan China dan Rusia. Jadwal kunjungannya di Indonesia pun diperkirakan pada tanggal 22-24 Januari 2018 ini,Pemimpin Pentagon Mattis, Jumat (19/1) mengungkapkan bahwa adanya perubahan besar prioritas di pertahanan Amerika.“Kami akan terus melanjutkan kampanye melawan teroris yang dilakukan saat ini, namun persaingan kekuatan besar bukan terorisme, tetapi kini menjadi fokus utama keamanan nasional Amerika,” jelasnya.Secara khusus Strategi pertahanan Nasional yang disampaikan Mattis menyebut soal “meningkatnya ancaman” yang dilakukan China dan Rusia. Laporan yang ada mengatakan China menggunakan “ekonomi predator” untuk mengintimidasi negara-negara tetangganya, untuk sementara membangun “instalasi militer di Laut China Selatan.”Laut China Selatan menjadi fokus utama kunjungan Mattis ke Asia Tenggara. Maka dari itu Indonesia dan Vietnam sedang memodernisasi militer mereka dan menunjukkan kemauan yang lebih besar untuk menolak klaim China terhadap wilayah yang disengketakan itu.Pakar politik di Universitas New South Wales di Canberra, Carl Thayer, mengatakan hal itu khususnya merujuk pada Vietnam yang merupakan mitra Amerika yang semakin penting posisinya.“Vietnam bukan sekutu Amerika. Negara itu memiliki kebijakan pertahanan untuk “tidak bersekutu, tidak ada wilayahnya yang menjadi pangkalan, tidak bekerjasama untuk melawan pihak ketiga.” Jadi kita harus melihat kemana arah kemitraan itu. Tetapi modernisasi militer telah menjadikan negara itu sangat kuat,” jelas Thayer.Tetapi kunjungan Menhan AS ini juga bisa memusatkan perhatian pada prioritas-prioritas yang lebih mendesak di kawasan itu, termasuk memberi tekanan yang lebih besar pada Korea Utara dan mengatasi ratusan pejuang ISIS yang kembali dari Iran dan Suriah ke negara-negara asal mereka di Asia Tenggara.Meskipun prioritas pertahanan jangka panjang mungkin berubah, masalah lama tampaknya tidak akan hilang. Laporan VOA Indonesia
Baca Juga :