Inspirasi Dari Perempuan Tanah Minang

Tanah Minang
Tanah Minang (Foto : )
www.antvklik.com
- Sepanjang perjalanan menelusuri alam Sumatera Barat,gerimis setia mengiringi. Udara sejuk  dan silih berganti hembusan angin yang menelusup pori-pori makin membuat suasana plesiran saya penuh gairah. Setelah mengunjungi sejumlah tempat ternama di Tanah Minang,seperti air terjun Lembah Anai, Istano Basa Pagaruyung, hingga pesta duren dan minum teh dari daun kopi atau kawa daun,saya bersama rombongan Press Tour Danone ke Pabrik Aqua Solok, dihantar ke sebuah desa pusat oleh-oleh. Di penghujung hari yang makin kelam berselimut awan hitam, sejatinya suasana sebuah desa kecil menjadi lebih sepi. Namun tidak dengan Desa Pandai Sikek, Kecamatan Sepuluh Kota, Kabupaten Tanah Datar ini, suasananya justru terbilang ramai. Bus yang kami tumpangi pun menembus gang sempit menuju sebuah pusat oleh-oleh yang bangunannya relatif megah dengan tetap bernuansa khas minang. Satu Karya adalah sebuah toko kain tenun Songket Padang di Desa Pandai Sikek yang juga menjual berbagai pakaian dan hasil kerajinan tradisional lainnya dengan pilihan cukup lengkap. Hebatnya kain tenun yang dijual adalah hasil karya penduduk desa Pandai Sikek sendiri. Erma Yulnita, pemilik toko Pandai Sikek sendiri yang memberi upah bagi para penenun. Kondisi ekonomi warga desa pun menjadi lebih baik, karena mendapat tambahan penghasilan selain hasil dari bertani. “Makanya nama desa ini Pandai sikek, pandai ya pandai, sikek itu sisir. Pandai sisir atau nenun,karena mayoritas warga desa pandai menenun” tutur Erma [caption id="attachment_61767" align="aligncenter" width="300"]Suasana dari tanah, sampai lantai mewah
[/caption] Di balik cetar keberhasilan, selalu ada getir perjuangan. Itu pula yang dialami Erma Yulnita. Ia memulai usahanya sejak tahun 1985 bermodal awal Rp. 150.000 di toko sempit sekira 2x3 meter, dan berlantai tanah. Seakan tiada pernah jera untuk satu asa, perempuan 53 tahun itu terus melangkah dan berlari membesarkan usaha songket minangnya meski mengalami pasang surut. Warga desa yang hobi menenun, ia berdayakan sehingga usahanya makin mendapat banyak dukungan. Kini Toko Satu Karya besutan Erma, berdiri megah di tengah desa yang gemah ripah. Erma pun berkisah, “awalnya jual songket saja, sekarang sulaman, bordiran. Yang membuat warga sini sendiri. Terus semakin berkembang jual mukena, jilbab, baju, kaos,dan aneka souvenir.” [caption id="attachment_61770" align="aligncenter" width="300"]Ibu Erma saat sedang menenun[/caption] Di dalam toko, sebuah peralatan tenun tradisional diletakkan di ujung ruangan. Meski sudah banjir pendapatan dan punya pegawai, Erma masih menyempatkan menenun. Ia pun semangat memperlihatkan cara-cara menenun meski tak diminta sebelumnya. Dengan semangat Erma juga memperlihatkan salah satu kain songketdi tokonya.” Kalau yang ini dipakai untuk acara perkawinan.harganya 1,5 juta”. Tutur Erma Harga songket di toko Satu Karya memang beragam, mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung dari bahan, motif, dan tingkat kesulitan dalam menenunnya. Kualitas songket di satu karya dikenal bagus. Tak cuma para wisatawan domestik dan mancanegara yang datang membeli, tapi juga sudah mendunia diekspor ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura,  Brunei Darussalam, Turki. “Bagus, keliatan sudah lama berdiri, professional meski ada di pelosok. Yang dijual juga beragam jadi banyak pilihan”. Ungkap Chika seorang wisatawan dari Jakarta. Apa yang dilakukan Erma dengan toko Satu Karyannya, sejatinya membuka mata kita,betapa menjadi berharga dan bermanfaat bagi orang sekitar adalah asa kita semua. Laporan Mohammad Muchsin, dari Padang Sumatra Barat