Pemeriksaan Ulang Barang Penumpang Qantas yang Menegangkan

Pemeriksaan Ulang Hand Carry Penumpang tujuan Australia di Bandara
Pemeriksaan Ulang Hand Carry Penumpang tujuan Australia di Bandara (Foto : Dok. Ilham Bintang)

Beruntunglah di dalam penerbangan Jakarta-Melbourne,  saya bisa tertidur pulas. Bahkan tidak  sempat menikmati sarapan yang disediakan.  Saya terbangun  setengah jam sebelum landing. Begitu landing, saya nyalakan ponsel. Ada miscall dari Menteri Budi Karya Sumadi. Disusul WA. Isinya hasil pengecekannya kepada otoritas di bandara yang di forward ke saya.

Intinya berdasarkan  informasi dari Manager Qantas, pemeriksaan itu dilakukan terhadap seluruh hand carry penumpang tujuan Australia berdasarkan ketentuan penerbangan Pemerintah Australia (compliance authority rules). Pemeriksaan dilakukan di boarding Gate oleh "Security Maskapai". 

Tujuannya untuk  pencegahan LAGs (Liquid, aerosol, and Gels) melebihi 100 ML dan benda-benda tajam yang terlewat di SCP. Mereka menegaskan pemeriksaan tersebut saat ini hanya tujuan Australia. 

Tentu saja klarifikasi itu tidak sepenuhnya benar. Rasanya itu hanya berlaku bagi penumpang maskapai penerbangan Qantas. Sebelum ini penerbangan saya lebih sering dengan Garuda Indonesia. Tidak terjadi seperti penerbangan Qantas. Garuda juga direct Jakarta -Melbourne, juga terutama tepat waktu. Tidak heran dalam urusan ketepatan waktu Garuda berkali-kali meraih penghargaan internasional di bidang penerbangan. Begitupun dengan kenyamanan di dalam kabin pesawat dan keramahtamahan awak kabinnya.

Belakangan setelah Garuda mengubah jam penerbangan dari semula jam 9 malam menjadi jam 2 dini hari yang amat tanggung, membuat   saya mencari penerbangan  dengan jam keberangkatan lebih awal. Terakhir saya menumpang Singapore Airlines, bulan Mei lalu. Juga tidak mengalami pemeriksaan serupa Qantas  saat ini.  

Di tengah persaingan ketat maskapai penerbangan dan peningkatan fasilitas kenyamanan di berbagai bandara internasional, adakah cara Qantas itu masih bisa ditolerir penumpang ? 

"Ya pak itu permintaan Australia. Kalau tidak, pengalaman saya kena denda yang besar, " kata Budi Karya Sumadi ketika saya sudah tiba di Melbourne, Senin (2/9/24) pagi. Pernyataan itu merespons ucapan terima kasih saya atas perhatian besar  Menteri Perhubungan menanggapi keluhan  kami.