“Dan posisi masing-masing negara, terutama Barat dengan Rusia dan China, gap posisi mereka di banyak isu sangat besar. Dengan semua aset yang kita miliki dan dukungan banyak pihak, Indonesia berhasil membawa ASEAN ke jenjang yang lebih tinggi, menjadikan ASEAN remains matters, menjadikan Asia Tenggara sebagai epicentrum of growth,” sambung alumni Universitas Gadjah Mada itu.
Di luar itu, Indonesia juga membangun fondasi visi ASEAN 2045, guna meningkatkan ketahanan kawasan. Di bawah keketuaan Indonesia, Sekretariat ASEAN yang berlokasi di Jakarta Selatan kemudian ditetapkan sebagai ASEAN Headquarter.
“Diskusi untuk mempersiapkan visi ASEAN 2045 pertama kali dilakukan di bawah keketuaan Indonesia. Termasuk memulai diskusi green and blue economy. Roadmap keanggotaan penuh Timor Leste juga sudah dibuat, tinggal diimplementasikan,” demikian Retno mengungkap pencapaian lainnya.
Mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Belanda dan Norwegia itu lantas mengutip salah satu publikasi di The Straits Times, yang menyebut bahwa sepak terjang Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 layak mendapatkan apresiasi.
“Kepemimpinan Indonesia sangat krusial untuk mencegah balkanisasi ASEAN. Indonesia harus mendapatkan kredit atas usaha itu, karena tetap mempertahankan ASEAN di tengah lanskap geopolitik yang menantang,” kata Retno, mengutip pandangan seorang pakar dalam artikel tersebut.
Terakhir, Retno turut menyatakan bahwa peran Indonesia di kancah global sekaligus membantah berbagai spekulasi, yang menyebut kebijakan luar negeri di bawah Presiden Joko Widodo akan lebih berorientasi ke dalam negeri.
“Dari semua data yang kita miliki, kekhawatiran seputar Indonesia akan menjadi inward looking sama sekali tidak terbukti, bahkan kepemimpinan Indonesia diakui dunia. Karena pada saat kita memimpin, kita juga menyatukan perbedaan yang ada. G20 dan ASEAN benar-benar mencerminkan hal itu,” tutup Retno.