Dalam diskusi tersebut, ketidakhadiran ahli orang utan juga jadi pertanyaan peserta yang terdiri dari para mahasiswa, anggota LSM dan awak media.
Hal ini sangat disayangkan, mengingat seharusnya diskusi publik ini menjadi ajang diskusi dan kolaborasi dari seluruh pemegang kebijakan ekosistem Batang Toru dengan semangat keterbukaan.
Alih-alih melibatkan ahli orang utan, penyelenggara acara yaitu Satya Bumi dan The Society of Environmental Journalist (SIEJ), malah menghadirkan ahli tanaman bakau, Onrizal dari Universitas Sumatera Utara sebagai narasumber untuk berbicara mengenai orang utan.
Terkait masalah orang utan, Dr. Barita O. Manullang pada saat Dies Natalis UNAS ke 70, pernah mengatakan bahwa dengan menunjukkan kepemimpinan dan regenerasi para pakar orangutan Indonesia ke dunia, maka asumsi-asumsi yang keliru mengenai orangutan dapat dihilangkan.
Selain isu orang utan yang dikemukan pada diskusi publik ini, PLN juga menampik keberpihakan PLN kepada pelanggan industri daripada pelanggan rumah tangga.
“Kalau berbicara tentang energi, maka itu harus berkeadilan. Artinya semua orang harus punya akses akan energi itu. 75 juta pelanggan PLN di Indonesia itu adalah rumah tangga,” ucap Wiluyo.
Hal ini tentunya menjawab pertanyaan para narasumber lainnya yang terlibat dalam penulisan liputan investigasi kolaborasi beberapa waktu yang lalu. Hal ini terjadi karena pemahaman akan pembangunan PLTA Batang Toru tidak benar.