Seperti halnya para buruh gendong, setiap perempuan pun seyogyanya bisa tampil mengambil peranannya namun tetap menjadi dirinya.
Memeriahkan Hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April juga dilakukan oleh para buruh gendong di Yogyakarta.Kali ini para buruh berlenggak-lenggok bak peragawati dalam pagelaran fashion show di Pasar Beringharjo.Pagelaran fashion show pun penuh keseruan pasalnya sebagian besar para buruh sempat grogi dan tegang karena baru pertama kalinya menjadi model fashion show.Suwarni (43) salah satu buruh gendong yang tampil mengatakan awalnya grogi dan canggung. Namun setelah beberapa langkah ke depan ia mengaku terbiasa bahkan menyukai aksinya menjadi peragawati dadakan di Hari Kartini."...ya awalnya sangat grogi, ini kan baru pertama kalinya ikut fashion show, kita tidak latihan jadi memang ini dadakan..ya kan untuk memeriahkan hari kartini ," ungkapnyaSementara Sulami (56) mengaku senang bisa ikut menjadi bagian di Hari Kartini. Ia berharap meski tanpa persiapan khusus aksinya tidak mengecewakan dan bisa menghibur.Ssaya senang koq bisa berpartisipasi di Hari Kartini. Ya awalnya tegang mas," ungkapnya.Suwarni dan Sulami pun mengaku baru kali pertama menjadi model kebaya. Meski tanpa latihan, buruh gendong tetap mencoba berbagai gaya melenggang bak model profesional.Di atas catwalk di selasar pasar, mereka menampilkan kebaya yang menjadi nusana khas di Hari Kartini. Tak ayal, setiap aksi para buruh gendong ini pun menjadi keseruan tersendiri.Menurut ketua Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia DIY, Margaretha Tinuk Suhartini, yang juga penggagas acara fashion show, menyampaikan bahwa di Hari Kartini mereka sengaja menggandeng para buruh perempuan.Kegiatan ini sekaligus mengingatkan kembali siapa sosok Kartini, yang memiliki karakter kuat sebagai perempuan."Ya kita ingin hadir disini, para buruh gendong inilah sejatinya Kartini yang sesungguhnya, mereka harus menjadi tulang punggung keluarga, mereka.sosok yang kuat dan tangguh," ungkapnya.Selain itu, fashion show sekaligus mengenalkan busana kebaya yang bisa menjadi busana sehari hari kaum perempuan. Kegiatan ini melibatkan 40 buruh gendong dari usia 40 tahun hingga 80 tahun."Kita juga berharap untuk mengkampanyekan kebaya sebagai busana yang baik digunakan dalam aktivitas sehari hari," ujarnya.Bagi Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia, perayaan ini hanyalah sebagai simbol untuk menguatkan perempuan Indonesia di tengah arus modernitas untuk tetap menjadi perempuan Indonesia, yang memiliki karakter dalam mendidik generasi bangsa. Nuryanto | Yogyakarta
Baca Juga :