Al-Qur'an tulisan tangan berusia 500 tahun, menjadi salah satu saksi sejarah peninggalan islam yang ada di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Kitab suci yang berasal dari abad ke- 15 itu kini masih tersimpan rapi di dalam Museum Budaya Jalan Abunawas, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.Benda bersejarah itu diletakkan di ruang filologi yang diapit di antara naskah bersejarah lain.Kitab Suci ini ditulis dengan menggunakan tinta dari getah buah-buahan dengan alat tulis yang terbuat dari lidi pohon enau.Meski bentuknya sudah kusam dan sebagian kertasnya telah sobek, namun beberapa tulisan ayat masih dapat terlihat jelas.Kurator Museum Sultra, Agung Kurniawan menjelaskan dari hasil penelitian Al-Qur'an itu telah ada sejak tahun 1501. Pada masa itu ajaran islam diperkirakan pertama kali masuk dan berkembang di Kabupaten Muna yang dibawa Syech Abdul Wahid, pedagang dari Arab Saudi. Saat itu Kerajaan Muna dipimpin Raja Sugimanuru."Ditemukan di masyarakat, ketika kita mengadakan penelitian tentang koleksi atau pengadaan benda koleksi," kata Agung .Sebelum dibawa ke Museum Sultra, Al-Qur'an itu beserta pemiliknya dibawa ke Laboratorium Museum Nasional untuk diteliti.Al hasil, penelitian membuktikan Al-Qur'an itu ditulis tangan, berdasarkan beberapa hal. Seperti, degradasi warna tulisan tidak konsisten atau tidak ditulis menggunakan mesin cetak. Di samping itu, kertas Al-Qur'an tertua ini dibuat dari kulit kayu Mahoni."Tapi, sampai saat ini penulisnya belum ditahu," imbuhnya.Menurut Agung, Al-Qur'an tulis tangan ini menjadi benda koleksi 'Masterpiece' di Museum Sultra. Benda koleksi Masterpiece itu pun membuat turis asing asal Belanda, berdecak kagum setelah melihat Al-Qur'an tulis tangan itu."Turis dari Belanda, dia cuma mengamati, dia kagum, dan hampir tidak percaya ada Al-Qur'an tulis tangan yang masih ada sampai sekarang," tuturnya.Agung menambahkan, Al-Qur'an itu masih bertahan sampai 500 tahun itu karena bahan dasarnya terbuat dari alam. Selain itu, pada saat Al-Qur'an itu berada di tangan warga Muna pada abad ke-18, jarang digunakan. Bahkan, kata Agung, Al-Qur'an tulis ini dijadikan jimat pada masa lampau."Dijadikan jimat, disimpan di lemari baik-baik dibungkus secara tradisional pakai dedaunan," katanya.Al-Qur'an tulis tangan ini sebelumnya selalu dirawat dengan metode modern bernama fumigasi, diasapi menggunakan bahan kimia, agar tidak dihidupi jamur dan dimakan bakteri.Namun, pada 2022 ini, benda koleksi di Museum Sultra itu urung mendapatkan perawatan."Belum ada anggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK), masih diusahakan APBD 2022," sebut Agung.Agung mengatakan, Museum Sultra tak lagi mendapatkan DAK dari Direktorat Jenderal Permuseuman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Dikbud Ristek) 2021 sampai 2022.Kementerian mem-blacklist anggaran Museum Sultra, karena kasus kecurian benda pusaka 2021 lalu,”pungkasnya. Erdika Mukdir I
Kendari, Sulawesi Tenggara
Baca Juga :