Pawang Hujan dan Cenayang Bersekutu dengan Jin?

Cenayang, Pawang Hujan, Bersekutu dengan Jin? (Foto Dok. Pixabay)
Cenayang, Pawang Hujan, Bersekutu dengan Jin? (Foto Dok. Pixabay) (Foto : )
Hujan itu rezeki. Untuk semua makhluk bumi. Tanpa hujan, semua bisa cepat mati. Dengan hujan, insani, botani dan hewani jadi lestari.
Karena hujan adalah rezeki, maka hujan tidak bisa dihentikan. Itu sudah ketetapan. Kuasa Illahi. Tak juga bisa dihilangkan oleh makhluk yang ending-nya akan mati.Bagi mereka yang meyakini dan mengimani adanya kekuatan yang mengatur dan menjaga alam semesta ini, sepakat bahwa hujan adalah rezeki. Dengan kata lain, sebuah rakhmat dan berkah dari Illahi. Allah (Tuhan) Yang Maha Tinggi.Tapi bagi yang tidak mengimani hujan adalah rezeki, hujan dianggap semata-mata sebagai proses kejadian alam yang wajar, normal dan biasa. Hasil kondensasi atau penguapan air laut, sungai atau danau akibat paparan sinar matahari.Lalu hasil proses penguapan berupa embun-embun itu turun menjadi hujan setelah ditampung oleh awan.Bukti bahwa hujan adalah rezeki dalam Islam dinyatakan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 22, “(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui”.Adalah pawang hujan orang yang mampu menahan, menggeser dan memindahkan hujan. Dengan cara memohon kepada Tuhan untuk bisa mengandalikan kekuatan lain ciptaan Tuhan.Bagaimana bisa? Bisa! Contoh dan buktinya adalah yang dilakukan oleh perempuan muda bernama Rara Isti Wulandari, pawang hujan event MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika.Namun perlu dicatat, pawang hujan hanya bisa menahan, menggeser dan memindahkan hujan, tanpa pernah bisa meniadakannya. Sama halnya cenayang yang hanya mampu menerawang dan menduga berdasarkan pengelihatan mata bathinnya, kekuatan supranaturalnya, tanpa pernah mampu memastikan dan mengatur praduganya.“Hujan itu ciptaan Tuhan. Tak bisa dihilangkan. Hebat banget manusia bisa meniadakan hujan. Itu namanya menolak rezeki. Nggak bener kalau begitu. Pawang hujan hanya mampu menahan, memindahkan, dan menggeser hujan ke tempat lain dengan jarak tertentu. Ke laut, misalnya. Kalau memang lokasinya dekat laut seperti di Mandalika,” kata seorang kawan yang tak mau disebutkan identitasnya, yang mengerti, tahu dan bisa bertindak sebagai pawang hujan.Percaya tidak percaya, masih menurut kawan penulis, kerja Rara dan para cenayang adalah kerja ghaib. Kerja yang mengandalkan kekuatan tak kasat mata. Kok, bisa?”“Pawang hujan memohon kepada Yang Maha Kuasa. Berdo’a dan izin untuk menunda, menggeser dan memindahkan hujan dari suatu lokasi dengan alasan tertentu. Dalam hal ini ada kekuatan ghaib yang terlibat yakni makhluk lain bernama jin. Ciptaan Tuhan selain manusia. Itulah mengapa kita lihat ada sesajen dan ritual gerakan tertentu dengan media tertentu semacam mangkok dari kuningan itu. Itu untuk memanggil jin. Makhluk yang bisa memindahkan dan menggeser hujan. Itu komunikasi. Manusia tidak bisa melakukan itu, makanya manusia meminjam kekuatan ghaib jin,” jelas kawan itu.Bagi yang percaya adanya kekuatan ghaib, bisa menerima aktifitas Rara dan cenayang. Bagi yang tidak, sampai kapanpun akan sulit percaya dan tidak terima. Menganggap itu adalah peristiwa kebetulan-kebetulan saja.Secara kamus, ghaib diartikan sebagai sesuatu yang tidak tampak. Kerja ghaib berarti kerja yang bersinggungan dan melibatkan sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata.Apa dan siapa itu ghaib? Penjelasannya sangat komplek dan rumit. Tapi diantara yang ghaib itu adalah adanya Tuhan dan makhluk ciptaan-Nya bernama jin."Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." Ini adalah bukti bawa jin diciptakan. Tertulis dalam Al Qur’an surat Az-Zariyat ayat 51.Pengertian Tuhan ghaib pun jangan diartikan Tuhan ada di dalam alam ghaib. Itu terlalu naif, karena Tuhan, Tuhan Allah dalam hal ini, menyebut diri-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Mengetahui Yang Ghaib dan Nyata (Qur’an surat Al Hasyr 22).Dalam Asmaul Husna Allah Maha Ghaib tersebut dalam nama Al-Baathin.Musyrik-kah kerja pawang hujan dan aktivitas cenayang? Tulisan ini tidak mengiformasikan dan membahas ke ranah itu. Perlu pespektif dan kajian khusus dalam menentukan musyrik dan tidaknya sebuah kegiatan dan pekerjaan.Seorang alim dan sholeh yang sangat dekat kepada Tuhan bisa saja hanya dengan ke-thawadu-annya melalui do’a-do'a-nya, mampu menggeser dan memindahkan hujan seperti yang dilakukan oleh pawang hujan. Tanpa perlu media sesajen dan mangkok kuningan seperti yang dilakukan oleh Rara. Pun memprediksi keadaan seperti yang dilakukan cenayang.Pawang hujan adalah keahlian. Bisa dipelajari dan ditekuni. Karena bisa dipelajari dan jadi keahlian, makanya ada yang menyebutnya sebagai profesi. Dan itu ada yang menekuninya.“Benar. Siapapun bisa jadi pawang hujan. Ilmu-nya bisa dipelajari. Ilmu ghaib tapi, yah. Tinggal masalahnya mau pakai pendekatan ilmu yang dekat kepada Tuhan atau kepada jin. Atau kombinasi kedua-nya. Tergantung kemauan, kemampuan dan kesabaran orang yang mempelajarinya. Perlu guru agar tidak tersesat. Bahwa ada orang yang tanpa belajar bisa melakukannya, itu ada tapi jarang. Dan biasanya itu terjadi kalau orang tersebut nenek-moyangnya pernah mempelajari ilmu ghaib. Ketitisan dia,” jelas kawan penulis yang mengerti seluk-beluk alam ghaib itu.So, Rara biasa saja. Kemampuannya sebagai pawang hujan di negeri ini banyak yang punya. Adalah keberuntungannya jadi ngetop karena langganan Menteri Erick Thohir dan dipercaya mengawal hujan event sekelas Moto GP di Mandalika.Tak perlu terlalu dibesar-besarkan dan disanjung. Yang hebat adalah tetap Tuhan Yang Maha Mengetahui Yang Ghaib dan Nyata, pencipta hujan, Allah Subhanna wa Ta’alla. Yusuf Ibrahim - Wapemred ANTV