Wortel asal lereng Merapi dan Merbabu ini lebih tahan lama berwarna cerah segar, tapi kenapa para pedagang enggak mau beli wortel dari petani, bahkan harganya pun sangat terjangkau
Petani wortel di lereng Gunung Merapi dan Merbabu di kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali memilih untuk tidak memanen.Hal itu lantaran harga wortel asal Selo sangat rendah dan tak laku dijual di pasaran.Salah seorang petani di Selo, Boyolali, Sarjito (35) mengaku, tanaman wortel miliknya terpaksa dibiarkan di ladang.[caption id="attachment_508739" align="alignnone" width="900"] Petani wortel di lereng Gunung Merapi dan Merbabu (antv / Agus Saptono)[/caption]Pasalnya, apabila dipanen tak laku dijual dan apabila memanen hanya untuk makanan ternak yaitu sapi.“Ini kita biar aja di ladang dulu saja karena kalaupun dipanen kan juga tidak laku,” katanya, Selasa (1/3/2022).Menurutnya, semenjak ada isu wortel dari luar daerah masuk ke pasar sayur di Cepogo, Boyolali, harga wortel anjlok drastis, bahkan tidak laku dijual.“Infonya banyak wortel dari luar daerah yang masuk menjadikan harga wortel hasil panennya hanya Rp.1000 per kilonya padahal dulu terjual Rp.3000 sampai Rp.4000,” ucapnya.Lebih lanjut Sarjito mengatakan, para petani wortel akan merugi hingga jutaan rupiah, karena untuk biaya produksi dalam satuk patok membutuhkan biaya sekitar 2 hingga 3 juta rupiah.“Ini kalau kita panen hanya laku sekitar Rp.500.000 jadi kan rugi besar petani,” ujarnya.Hal senada diungkapkan Imam (49), petani asal Selo. Ia mengaku, selama ada isu wortel masuk di pasar sayur Cepogo, para petani sayur di lereng Merapi dan Merbabu harus merugi jutaan rupiah.“Kalau dihitung-hitung ruginya jutaan rupiah per orangnya atau petani wortel. Padahal berapa hektare ladang yang ditanami wortel siap panen pada bulan-bulan ini,” ucapnya.Para petani berharap, pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali melalui dinas terkait mencarikan solusi agar hasil panennya dapat laku di pasaran seperti bulan-bulan sebelumnya.“Semoga saja pemerintah Boyolali mendengar keluhan petani di lereng Merapi dan Merbabu. Kalau petani hanya bisa menanam dan menjual hasil panennya ke tengkulak,” tandasnya.
Agus Saptono | Boyolali
Baca Juga :