Gubernur Lemhannas ungkap alasan Indonesia borong 42 Jet Tempur Rafale. Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Andi Widjajanto membeberkan alasan Kementerian Pertahanan membeli pesawat canggih dari Prancis.
Langkah Pemerintah Indonesia memborong 42 jet tempur canggih andalan perancis cukup mengejutkan berbagai pihak. Pemerintah Indonesia melalui Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto beberapa waktu yang lalu melakukan pertemuan dengan Menteri Angkatan Bersenjata Republik Prancis, Florence Parly untuk membahas kerjasama lebih mendalam terkait pengadaan alutsista Indonesia dari Prancis.Kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Perancis dalam pengadaan alutsista ini berjalan lancar. Dari hasil pembicaraan tersebut salah satunya adalah keputusan Pemerintah Indonesia untuk memborong 42 jet tempur Rafale buatan Perancis untuk memperkuat persenjataan TNI AU.Pembelian 42 unit jet tempur Rafale dari Prancis oleh Indonesia mencuri perhatian sejumlah media asing. Tak hanya asia tapi juga dari Inggris hingga Amerika. Alasan Indonesia membeli Rafale dari Prancis diungkap oleh Gubernur Lemhannas, Andi Widjajanto.Menurut Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Andi Widjajanto alasan Kementerian Pertahanan membeli pesawat dari Prancis tersebut tidak terlepas dari 'Tingkah' Rusia dalam pengadaan pesawat tempur Sukhoi 35, atau Sukhoi 50.Perubahan arah pembelian pesawat tempur canggih Indonesia ke Perancis merupakan dampak dari kesulitan mendapatkan pesawat dari Amerika Serikat dan Rusia. Departemen Pertahanan Indonesia pun mengalihkan sasarannya ke pembelian pesawat tempur canggih andalan Perancis Dassault Rafale sebagai pesawat tempur baru Indonesia.Kiblat teknologi persenjataan Indonesia selama ini hanya dua negara, yakni Amerika Serikat dan Rusia. Namun Indonesia berani membuat 'kejutan' dengan tiba-tiba membeli pesawat tempur buatan Prancis.Pertimbangan Pemerintah Indonesia dalam membeli Dassault Rafale pun menjadi pertanyaan besar, apakah secara teknologi pesawat itu lebih mumpuni atau justru karena harganya lebih murah?Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto kemudian membeberkan alasan Indonesia membeli pesawat tempur dari Prancis tersebut.Menurut pria yang baru resmi dilantik sebagai Gubernur Lemhannas pada Senin, 21 Februari 2022 tersebut, sasaran utama Indonesia sebenarnya adalah pesawat tempur generasi lima."Sasaran utamanya sebetulnya pesawat tempur generasi lima ya. Kalau sasaran utama generasi lima, maka yang harus kita ambil Sukhoi 35, atau Sukhoi 50, F-22, dan kemudian F-35," tutur Andi Widjajanto, Senin, 21 Februari 2022.Sayangnya, pesawat-pesawat generasi lima tersebut masih belum bisa dimiliki Indonesia karena sejumlah alasan dari negara asalnya yaitu Rusia dan Amerika Sertikat."Sekarang senjata-senjata itu masih belum bisa, misalnya Rusia hanya menjual Sukhoi 35-nya ke China, F-22 dengan F-35 hanya dijual ke aliansinya, Amerika Serikat," kata Andi Widjajanto.Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa Indonesia baru bisa mendapatkan pesawat tempur yang sedikit di bawah generasi lima tersebut."Kita dapat sedikit di bawahnya, generasi empat setengah (Rafale). Nah generasi empat setengah itu Sukhoi 30, F-16 terutama Blok 73, kemudian J-10-nya China misalnya," ujar Andi Widjajanto.Dia pun mengungkapkan bagaimana Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan berusaha membuka potensi terkait pesawat tempur yang didatangkan."Pak Prabowo pernah ke Austria untuk membicarakan eurofighter Typhoon, Pak Prabowo pernah ke Amerika Serikat ya untuk F-15EX dan kemudian peningkatan upgrade dari F-16 kita blok 52 menjadi blok 72 viper ya," ucap Andi Widjajanto.Dia mengatakan bahwa Indonesia mendapatkan beberapa kemungkinan dari hasil 'perjalanan' Prabowo Subianto tersebut."Ada beberapa kemungkinan yang didapat, pemahaman saya untuk F-16 Viper itu paling ideal karena kita sekarang punya 40 F-16 dari blok 15, blok 30, block 52 yang terakhir," tutur Andi Widjajanto.Menurut Andi, jika semua pesawat tersebut bisa dinaikkan menjadi F-16 Viper, hal itu akan menjadi fondasi Indonesia untuk menuju ke generasi lima.Akan tetapi, upgrade mengakibatkan Indonesia tidak memiliki kemungkinan untuk melakukan transfer teknologi. Hal itu adalah karena pesawatnya akan dibawa kembali ke Amerika Serikat dan ditingkatkan menjadi blok 75."Itu ideal tapi tidak akan menghasilkan offset dan transfer teknologi kalau Sukhoi 27 dan 30 ya sudah mentok gitu ya," ucap Andi Widjajanto.Dia pun mengatakan bahwa satu-satunya peluang Indonesia hanyalah membeli Sukhoi 35.Akan tetapi tekanan diplomatik dari Amerika Serikat dan sejumlah masalah lain mengakibatkan pembelian pesawat itu dibatalkan."Satu-satunya peluang kita cuma beli Sukhoi 35 tapi karena ada tekanan diplomatik dari Amerika Serikat, ada masalah tentang imbal belinya, ada masalah tentang transfer teknologinya, Sukhoi-35 nya dibatalkan," kata Andi Widjajanto, dikutip dari kanal Youtube Akbar Faizal Uncensored, Selasa, 22 Februari 2022.Tidak heran jika kemudian pemerintah Indonesia mengalihkan sasarannya untuk mendapatkan pesawat tempur canggih generasi 4.5 dari Perancis. Dassault Rafale saat ini juga masih menjadi andalan dari angkatan udara Perancis baik untuk pesawat tempur angkatan udara maupun pesawat tempur angkatan laut Perancis yang ditempatkan di kapal induk.
Baca Juga :