Shin Tae-yong rubah gaya permainan Timnas Indonesia lebih agresif. Pelatih Shin Tae-yong berhasil merubah gaya permainan para pemain muda Timnas Indonesia lebih agresif, menyerang dan berani bertarung merebut bola dari lawannya.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan tertarik merekrut mantan pelatih Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 Rusia Shin Tae-yong untuk menggantikan Simon Mc Manemey. Shin Tae-yong memiliki catatan prestasi cukup mengesankan saat membawa Timnas Korea Selatan lolos ke Piala Dunia 2018 Rusia.Tangan dingin Shin Tae-yong rupanya telah secara perlahan mampu membangun pondasi Timnas Indonesia. Shin Tae-yong memberi identitas baru untuk Garuda Muda menjadi sebuah tim yang kini akrab dalam predikat tampil menyerang, menekan, ngotot dan penuh percaya diri.Predikat ini merupakan ciri khas yang dimiliki tim-tim besar termasuk Korea Selatan, langganan putaran final Piala Dunia. Korea Selatan bahkan pernah merasakan semi final Piala Dunia 2002 dan 16 Besar Piala Dunia 2010.Shin Tae-yong menjadi salah satu bagian dari wajah sepakbola modern negeri Gingseng tersebut, baik saat sebagai pemain maupun saat sebagai pelatih.Selama 13 musim bermain di Liga Korea Selatan bersama Ilwha Chunma, Shin Tae-yong mampu mencetak 99 gol dan 68 assist dari total 401 pertandingan. Shin Tae-yong juga membawa Ilwha Chunma menjuarai Liga Korea untuk yang keenam kalinya.Karir kepelatihannya tak kalah menarik. Akhir 2008, dia mengawalinya bersama Seongnam FC yang juga berujung sukses seperti saat Shin Tae-yong berstatus sebagai pemain. Setelah Piala Dunia Brazil 2014, dia mengisi kursi pelatih timnas Korea Selatan untuk sementara.Namun Februari 2015 Shin Tae-yong mulai dipercaya mengasuh Timnas Korsel U-23. Hasilnya cukup menggembirakan, Shin Tae-yong berhasil mengantarkan Laskar Taeguk mencapai perempat final sepakbola Olimpiade Rio 2016. Shin Tae-yong Dipercaya Menjadi Pelatih Timnas Piala Dunia 2018 Rusia Dua tahun kemudian pada 2017 Shin Tae-yong ditunjuk memimpin Korea Selatan yang berada diambang kegagalan masuk putaran final Piala Dunia 2018. Korea Selatan memecat pelatih asal Jerman yang juga mantan pemain kesohor, Uli Stielike.Dua pertandingan sulit menanti Shin Tae-yong begitu menangani Timnas Senior. Pertama, Korea Selatan menjamu Iran yang tak bisa dikalahkan Korsel selama bertahun-tahun. Kedua, bertandang ke Uzbekistan yang hampir mewujudkan mimpi lolos Piala Dunia untuk pertama kalinya.Sungguh misi yang mustahil, bukan saja karena dua lawannya merupakan lawan tangguh. Akan tetapi kondisi skuad Korea yang saat itu menjemukan, tidak kreatif, dan kehilangan motivasi karena hampir tersingkir.Ternyata Shin Tae-yong sukses membawa negaranya lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia. Di sana, pasukan Shin Tae-yong membuat kejutan dengan menumbangkan juara bertahan Jerman 2-0. Namun Korea Selatan tersingkir karena kalah tipis dari Meksiko dan Swedia dalam dua laga sebelumnya di fase grup.Namun Shin Tae-yong berhasil membentuk kembali tim yang tadinya berantakan menjadi kekuatan baru yang kuat dan padu sehingga diperhitungkan lawan.Catatan bagus Shin Tae-yong inilah yang menjadi resume menarik bagi Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan untuk merekrut dia di akhir Desember 2019.Pengalaman serupa dialami Shin Tae-yong saat dikontrak Indonesia. Timnas Indonesia dibawah pelatih Simon Mc Manemey sudah lima kali kalah berturut-turut dalam 5 pertandingan babak kualifikasi Piala Dunia 2020, Grup G Zona Asia.Indonesia sudah dipastikan tidak lolos ke Piala Dunia dan hanya menyisakan 3 pertandingan. Namun Shin Taeyong dengan para pemain muda sempat membuat Indonesia memperoleh poin pertamanya ketika menahan seri Thailand 2-2 dalam kualifikasi yang dilanjutkan lagi setelah pandemi Covid-19 sepanjang 2020.Namun skuat Timnas Senior kemudian kalah besar dari Vietnam dan Uni Emirat Arab pada Juni, akibat persiapan pemain di seluruh dunia terganggu oleh pandemi. Namun menghadapi Piala AFF 2020, Shin Tae-yong lebih percaya kepada para pemain muda yang sudah merasakan gemblengannya di Timnas U-19 dan Timnas U-23.Dengan skuat muda ini Garuda berubah dan menjadi tim yang tampil ngotot, tak kenal takut dan berani bertarung menghadapi para pemain senior dari negara ASEAN Lainnya. Timnas Indonesia menjadi tim yang berubah.Malaysia yang dua kali mengalahkan Indonesia dalam kualifikasi Piala Dunia 2022, dipermalukan dengan skor telak 4-1 di laga terakhir babak penyisihan Grup B Piala AFF 2020. Sebelumnya juara bertahan Vietnam yang juga dua kali mengalahkan Indonesia di kualifikasi Piala Dunia 2022 Qatar, berhasil ditahan seri 0-0 dalam laga fase grup B Piala AFF 2020.Kemampuan para pemain muda Indonesia ditangan Shin Tae-yong ini menjelaskan ada perkembangan besar dalam timnas Indonesia. Shin Tae-yong menjadi bagian instrumental dalam perubahan besar Timnas Indonesia ini.Namun permainan agresif yang ditampilkan oleh Rumai Rumakiek, Ricky Kambiaya dan kawan kawan mendapat kritik dari penggemar tim lawan. Timnas Indonesia dinilai terlalu agresif selama Piala AFF 2020.[caption id="attachment_503970" align="alignnone" width="900"]
Hasil permainan agresif yang ditunjukkan Asnawi Mangkualam, Pratama Arhan dan kawan kawan inilah yang membuat pertandingan yang dimainkan Timnas Indonesia menjadi terasa lebih menyengat, lebih menghibur, dan memacu adrenalin. (Foto : PSSI)[/caption]Menanggapi kritik tersebut Pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong menyatakan tak apa-apa bermain agresif, sepanjang pemain Indonesia tak menyakiti lawan. Shin Tae-yong justru menilai tim-tim Asia Tenggara kurang agresif."Saya tak beranggapan kami telah bermain terlalu agresif. Justru salah satu hal yang saya pelajari dari sepak bola Asia Tenggara saat pertama kali saya menangani Indonesia adalah para pemain kurang begitu agresif," kata Shin Tae-yongKarena itu, Shin Tae-yong dan tim pelatih memberikan latihan fisik keras kepada Rizky Ridho, Evan Dimas dan kolega agar mereka mampu bermain cepat dan agresif sehingga bisa mengatasi para pemain senior dari negara lain. Irfan Jaya dan Witan Sulaeman bahkan berani bermain satu dua dengan Ezra Walian untuk membongkar lini pertahanan lawan hingga di garis depan gawang lawan."Pendekatan fisik adalah hal yang mesti kami ambil, jadi saya sama sekali tak memasalahkannya," tambah Shin Tae-yong.Hasil permainan agresif yang ditunjukkan Pratama Arhan dan kawan kawan inilah yang membuat pertandingan yang dimainkan Timnas Indonesia menjadi terasa lebih menyengat, lebih menghibur, dan memacu adrenalin.Indonesia terlihat seperti menampilkan wajah khas sepakbola Korea yang ngotot, terus menekan, percaya diri, dan bermain dalam semangat team work yang kuat. Sepanjang Piala AFF ini Asnawi Mangkualam dan kawan kawan bermain dalam semangat bertempur yang tinggi sampai tak ragu beradu fisik untuk merebut bola dan menjarah area lawan.Tampaknya Shin Tae-yong berhasil menularkan karakter sepakbola yang baik yang berasal dari kultur sepakbola Korea Selatan yang puluhan tahun belakangan ini membuat mereka bisa berbicara banyak di tingkat regional dan internasional.Bermain penuh percaya diri dan berani memainkan bola dengan umpan satu sentuhan sehingga membuat lawan putus asa sudah diperagakkan Asnawi Mangkualam dan kawan kawan. Para pemain Timnas Indonesia memiliki aspek tersebut dan bahkan nyaris merata sehingga aliran bola bisa berlangsung dengan cepat dari bawah ketengah hingga ke lini depan.Mental bertanding yang mulai terbentuk ditangan Shin Tae-yong dan kepercayaan diri pemain yang tinggi terlihat saat Timnas Indonesia ketinggal 2-1 dari Singapura di akhir babak kedua. Pratama Arhan mampu mencetak goil untuk menyamakan kedudukan menjadi 2-2.Kubu Indonesia kembali berada di bawah tekanan saat wasit memberikan hadiah pinalti di penghujung babak kedua. Namun kiper Nadeo Arga Winata terlihat sama sekali tidak tertekan, padahal saat itu dialah yang paling menentukan nasib Indonesia tersingkir atau lolos ke babak selanjutnya.Ketika Singapura tinggal selangkah lagi mencapai final Piala AFF, dengan hadiah pinalti tersebut, Nadeo Arga Winata tampil cemerlang menepis tembakan Faris Ramli dengan membawa arah bola ke kiri gawang Timnas Indonesia.Berkat sukses Nadeo menggagalkan tendangan penalti Faris Ramli dalam leg kedua semifinal Piala AFF 2020 tersebut, Egy Maulana Vikri dan kawan kawan berhasil mengalahkan Singapura dengan skor 4-2 di babak perpanjangan waktu 2 x 15 menit, Sabtu 25 Desember 2021 malam.Timnas Indonesia bahkan berhasil meraih kemenangan atas tim Singapura yang harus kehilangan tiga pemainnya karena terkena kartu merah. Para pemain senior Singapura kalah mental dan melakukan pelanggaran sehiungga harus keluar dari lapangan sebelum pertandingan berakhir.Hal ini menunjukkan para pemain muda Indonesia memang bermain bagus dan menjadi pihak yang lebih bisa mengelola emosi dan tekanan dibandingkan para pemain senior Singapura.Indonesia juga menjadi tim yang paling on fire sepanjang babak penyisihan dan semi final dengan mengoleksi 18 gol. Uniknya 18 gol tersebut dicetak oleh pemain yang berbeda dan sejauh ini yang terbanyak dibandingkan dengan tim mana pun di Piala AFF 2020 ini.
Shin Tae-yong Rubah Gaya Permainan Timnas Indonesia Lebih Agresif
Selasa, 28 Desember 2021 - 20:46 WIB