Potensi Listrik Panas Bumi Indonesia Nomor Dua Dunia, Tapi...

DCIM100MEDIADJI_0002.JPG
DCIM100MEDIADJI_0002.JPG (Foto : )
Potensi penggunaan geothermal atau panas bumi untuk tenaga listrik di Indonesia menempati urutan kedua dunia. Namun ada sejumlah kendala dalam pengembangannya.
Dewan Pembina Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Prof Subroto mengatakan, Indonesia dikaruniai dengan kekayaan yang luar biasa, yaitu geothermal atau tenaga panas bumi. Ini karena Indonesia dikelilingi gunung berapi (ring of fire) sehingga sangat mudah mendapatkan energi yang ramah lingkungan itu. Meski potensinya sangat besar, negeri ini baru berada dalam transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan. "Kita ini sekarang dikatakan baru di dalam transisi energi dari energi fosil ke transisi energi
renewable," kata mantan Sekjen OPEC ini dalam pelatihan media panas bumi dan bisnis prosesnya, yang digelar Aspermigas secara virtual, Sabtu (25/9/2021). [caption id="attachment_495736" align="alignnone" width="1600"] Dewan Pengawas Aspermiga Prof Subroto (Foto: tangkap layar Zoom)[/caption] Subroto yang pernah menjabat sebagai Menteri Pertambangan RI ini mengatakan, energi geothermal berperan sangat penting untuk bisa menyediakan energi yang terbarukan, bersih dan dapat terjangkau masyarakat. Oleh karena itu peran media massa juga sangat penting dalam membantu pengembangan energi geothermal.

Risiko Eksplorasi

Sementara Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM RI, Eko Budi Lelono menegaskan komitmen pemerintah untuk terus meningkatkan penggunaan energi geothermal. Saat ini, kata Eko, sudah ada 16 PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Indonesia) di Indonesia dengan kapasitas terpasang 2,175 MW. Jumlah iniĀ  akan terus ditingkatkan hingga ke pulau terkecil dan terluar. Padahal potensi tenaga geothermal Indonesia mencapai 23,76 gigawatt atau tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat yang mencapai 30 gigawatt. [caption id="attachment_495741" align="alignnone" width="900"] Kepala Badan Geologi ESDM Eko Budi Lelono (Foto: tangkap layar Zoom)[/caption] Eko mengatakan, pemerintah berupaya mempercepat pengembangan energi panas bumi lewat berbagai kebijakan dan skema insentif bea masuk. Mengenai pengaturan tarif harga listrik dari geothermal juga masih dikaji pemerintah agar dapat lebih menarik bagi investor. Tentunya ini seiring upaya pemerintah dalam upaya mengurangi subsidi listrik. Bahkan pemerintah melalui Kementerian ESDM juga melakukan eksplorasi sendiri karena risiko eksplorasi dapat mencapai 90 persen. Meski demikian, Eko mengakui, ada sejumlah hambatan dalam pengembangan energi geothermal. Salah satunya adalah pemahaman masyarakat soal geothermal dan tingginya biaya investasi. Oleh karena itu peran media massa sangat penting untuk membantu menyebarluaskan informasi agar masyarakat lebih paham akan energi geothermal.

Kontribusi Media Massa

Sedangkan Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Luar Negeri Dewan Pers, Agus Sudibyo juga menekankan pentingnya kontribusi media massa dalam menyebarluaskan informasi tentang energi terbarukan. Menurutnya, media massa memberi peran mendorong pemerintah melakukan kebijakan ramah lingkungan. "Jangan sampai ganti pemerintah, ganti kebijakan," katanya. Dikatakan, media massa harus bisa mendorong kebijakan energi yang berkelanjutan, terus mengontrol dan konsisten dalam mengevaluasi kebijakan pemerintah terkait energi ramah lingkungan.