Puluhan tahun terisolir, warga tiga Negeri (Desa) di Kec. Inamosol, Kab. Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku harus berjuang menentang maut dengan berpegang pada seutas tali untuk melintas di kali.
Kondisi miris itu harus ditempuh para warga akibat mereka tak diberikan akses jembatan penghubung.Untuk aktivitas sehari-hari seperti jual beli dari dan ke pusat ibu Kota Kab. Seram Bagian Barat, Piru, warga terpaksa harus menyeberangi kali atau sungai Kao.Saat melintasi sungai, tak sedikut warga yang nyaris tenggelam terbawa arus sungai ketika arusnya deras.Karena tak ada pilihan, mereka pun terkadang nekat menerobos sungai tersebut agar bisa melakukan aktivitas.Koko Ruspana, warga Manusa, Kecamatan Inamosol, kepada media ini menceritakan kondisi yang terjadi pada tiga Desa di Kecamatan Inamosol.Menurut Koko, ketiga desa tersebut selama ini terisolir dari pembangunan akibat akses jembatan yang terputus sejak puluhan tahun lalu.Ia jelaskan, memang kondisi warga yang nekat menerobos sungai atau kali Kao ini karena tak ada akses jembatan penghubung.Biasanya jika air meluap, warga nekat terobos sungai dengan menggunakan seutas tali yang diikatkan pada pohon.“Jadi memang jembatan papan yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat itu telah ambruk, dan putus. Sudah lama sekali tidak dibangun lagi karena dinding sungai terus mengalami abrasi. Serta terkikis jika datang musim hujan,” tambah Koko. Warga baru bisa mendapatkan akses transportasi, setelah mereka menyeberangi Sungai Kao. Di sana mobil angkutan dan kendaraan roda dua sudah berada di tempat persinggahan di tepi sungai Kao.
Selama ini, Pemerintah Daerah di tiga desa sudah berupaya memberikan usulan kepada Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat. Namun hingga kini tidak mendapat respons terhadap pembagunan tersebut.Christ Belseran - Ogen Pesireron | Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku
Baca Juga :