Menteri Keamanan Selandia Baru mengatakan agen mata-mata mereka telah mengkonfirmasi dan menguatkan keterlibatan peretas yang didukung oleh China.
Selandia Baru memberikan verifikasi independen bahwa para hacker yang disponsori negara China telah meretas sistem Microsoft pada awal tahun ini, kata menteri keamanan negara itu, Selasa (27/7).Menolak bantahan Beijing, Andrew Little mengulangi tuduhan yang pernah dilontarkan terhadap China oleh beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris, serta NATO dan Uni Eropa.Mereka mengaitkan serangan itu, yang diungkapkan pada bulan Maret dan menargetkan puluhan ribu komputer dan jaringan di seluruh dunia, dengan operator siber yang berafiliasi dengan Kementerian Keamanan Negara China.“Latar belakang dan asal-usul serangan siber itu telah ditetapkan dengan baik oleh agensi kami sendiri secara independen dari agensi lain dan dikuatkan dengan agensi lain juga,” kata Little, seperti dikutip oleh penyiar publik Radio New Zealand (RNZ).“Kami memiliki tingkat keyakinan yang sangat tinggi bahwa asal-usul serangan itu – terutama serangan Microsoft – berasal dari China.”Beijing telah berulang kali membantah tuduhan itu dan mengecam kampanye yang dipimpin AS sebagai "noda dengan motif politik."Little mengatakan pada pekan lalu bahwa badan-badan intelijen Selandia Baru menemukan bahwa aktor-aktor yang disponsori negara China terlibat dalam aktivitas siber berbahaya di negara itu.Mereka juga mengkonfirmasi bahwa "aktor yang disponsori negara China bertanggung jawab atas eksploitasi kerentanan Microsoft Exchange di Selandia Baru pada awal 2021," menurut RNZ.Kedutaan Besar China di Selandia Baru bereaksi keras terhadap klaim tersebut, memanggil pejabat Selandia Baru untuk menggelar pertemuan dan mengecam tuduhan itu sebagai "sangat tidak berdasar dan tidak bertanggung jawab."Dalam sebuah pernyataan, kedutaan China meminta Selandia Baru untuk "meninggalkan mentalitas Perang Dingin" dan memilih dialog dan kerja sama "daripada memanipulasi masalah politik dengan dalih keamanan dunia maya dan menjelek-jelekkan orang lain." Anadolu Agency
Baca Juga :