Di antara mereka yang terpilih berhaji tahun ini adalah Konjen Indonesia di Jeddah Eko Hartono. Ia merasakan kenyamanan berhaji pada masa pandemi Covid-19.“Dengan adanya Covid ini, kita lebih nyaman memang karena jemaahnya kan lebih sedikit. Tawaf enak, sa’i enak juga, tidak uyel-uyelan, tidak desak-desakan,” katanya.Sementara, seorang ibu rumah tangga, Nur Ainun Sinambela mengaku bisa merasakan kenyamanan yang luar biasa ketika tawaf di Masjidil Haram.“Saya selalu bisa berada di posisi yang aman, di posisi lingkaran kecil, tanpa disentuh orang. Itu yang saya rasakan, nyamannya di situ.”Ini bukan pertama kali Eko dan Nur menjalankan ibadah haji. Jadi, mereka mengatakan, bisa merasakan bedanya pelayanan kali ini.“Di Mina kami tinggal dalam tenda yang bagus, luas, dan hanya diisi enam orang,” kata Nur.Ia mengaku sempat menangis ketika ditolak berhaji tahun lalu. Menurutnya, pengumuman terpilih berhaji tahun ini lebih lambat dari yang diterima suaminya, Windratmo Suwarno yang juga terpilih.
Lebih Khusyuk
Di Arafah, kata Nur, jamaah juga bisa khusyuk beribadah karena berada dalam tenda sehingga tidak harus kepanasan di luar.Tahun ini, panitia mengandalkan sistem digital. Informasi jemaah ada dalam kartu pintar. Jemaah juga dibiarkan beribadah sesuai keinginan, tanpa pendamping.Eko juga merasakan kenyamanan saat beribadah haji. Menurutnya, beribadah haji kali ini lebih tenang."Saya jalan sendiri, merdeka. Paling jam sekian harus sudah ke bus. Jadi, malah enak. Malah mantap bisa lebih nyaman, tenang, tanpa harus mengumpulkan teman-teman,” katanya.Pandemi memaksa pemerintah Arab Saudi kembali mengadakan ibadah haji dengan jumlah jemaah terbatas.Berdasarkan data Kementerian Haji dan Umrah Saudi, ada 558 ribu orang yang mendaftar untuk berhaji tahun ini namun hanya diizinkan hanya 60 ribu orang saja.Itu pun khusus untuk warga Saudi dan ekspatriat yang bermukim di sana. Dari jumlah tersebut, sebanyak 327 orang atau 0,5 persen adalah warga Indonesia.Pendaftar disaring berdasar kondisi kesehatan, harus sudah divaksinasi atau sudah pulih dari Covid-19.Usianya berkisar antara 18-65 tahun, tidak berhaji dalam lima tahun terakhir, dan bersedia membayar biaya.Biaya Haji
Soal biaya, begitu mendaftar secara online, calon jemaah haji diberitahu bahwa mereka harus membayar.Panitia menawarkan tiga paket biaya layanan, yaitu 12 ribu, 14 ribu, dan 19 ribu riyal atau sekira Rp60-80 juta. Biayanya lebih mahal dari ongkos naik haji (ONH) reguler di Indonesia yang sebesar Rp31-38 juta, tergantung embarkasi.Jemaah yang terpilih kemudian diberitahu melalui telepon dan diberi waktu tiga jam untuk memilih paket layanan dan membayarnya.Seorang mahasiswa doktoral yang terpilih berhaji tahun ini, Akbar Nugroho Wicaksono, menilai biaya itu cukup besar. Biayanya jauh lebih tinggi dari ongkos naik haji (ONH) untuk orang lokal yang mereka ketahui, dengan biaya termurah 3.000 riyal atau setara Rp11,6 juta.“Cuma Alhamdulillah kami tidak merasa terberatkan ya karena memang sudah diniatkan dan dipanggilnya tahun ini. Jadi, ya ikhtiar saja. Uang bisa dicarilah. Kesempatan ini, bisa jadi hanya datang sekali untuk tiap orang. Jadi, ya disyukuri saja,” tutur Akbar.Hal senada juga dikatakan Indra Arifianto, yang juga mahasiswa doktoral yang sedang menimba ilmu di Saudi.“Memang terasa besar karena biasanya yang delapan ribu itu sudah yang VIP. Ini kok 12 ribu. Memang cukup besar. Tapi, kami sudah menyiapkan karena belum tentu tahun depan pandemi selesai dan punya kesempatan lagi berhaji, umur juga tidak ada yang tahu. Jadi, ya sudahlah, haji paling tidak sekali seumur hidup, mumpung ada kesempatan, ada rezeki, kita berangkat. Bismillah,” kata Indra.Meski demikian, seorang karyawan swasta asal Indonesia, Aswin Mauludy, menilai biaya sebesar itu masih terbilang wajar.“Kapasitas haji setiap tahun biasanya kan 4 juta sampai lima juta, bahkan ada yang sampai 7 juta. Kali ini hanya 60.000. Ya, Alhamdulillah jadi nggak berdesak-desakkan, bisa leluasa, doanya bisa lebih fokus. Istirahatnya juga lebih cukup. Bahasanya ya tidak terkena capeknya haji-haji yang mungkin dirasakan orang yang 4 juta 5 juta itu,” kata Aswin.Denda Besar
Berhaji pada masa pandemi menuntut jemaah harus mematuhi protokol kesehatan yang ketat. Bila melanggar, siap-siap membayar denda besar.“Wajib pakai masker. Kalau tidak, akan kena denda seribu riyal satu orang,” imbuh Nur Ainun Sinambela.Berbagai pengaturan juga diberlakukan untuk jemaah keluar masuk Masjidil Haram, harus terus menjaga jarak, dan tidak boleh berkumpul.Tetapi bagi Aswin, Akbar dan Indra, yang baru pertama kali beribadah haji, itu semua tidak masalah. Hanya satu yang mengganjal perasaan mereka, yaitu, meski begitu dekat, tak dapat menyentuh Ka'bah.“Ya sedihnya di situ. Tidak bisa mencium Hajar Aswad,” pungkas Aswin.VOA Indonesia