DPR Setujui Naturalisasi Tiga Pemain Timnas Basket Indonesia

naturasasi basket
naturasasi basket (Foto : )
DPR menyetujui naturalisasi tiga pemain untuk Timnas Basket Indonesia berlaga di FIBA Asia Cup 2021 dan  FIBA World Cup 2023 nanti.

Suasana bersahabat terekam saat PP Perbasi bersama Kemenpora melakukan rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR melalui virtual rabu siang (14/7/21). Sepanjang RDP, senyum dan tepuk tangan mewarnai. Terutama saat tiga pemain calon naturalisasi untuk perkuat Timnas Bola Basket Indonesia di FIBA Asia Cup 2021 dan FIBA World Cup 2023 menjawab quiz yang diajukan anggota Komisi X Dede Yusuf dan Desi Ratnasari.

Misal, Dame Diagne yang diminta menyebutkan makanan Indonesia. Dia menyebut nasi goreng, indomie goreng, dan sate. Kemudian Serigne Modou Kane ditantang menyanyikan lagu Indonesia Raya. Adapun Marques Bolden harus menyebutkan lima butir yang menjadi dasar negara di Pancasila. 

"Kane sudah kuasai Bahasa Indonesia. Salah-salah sedikit wajar," puji Dede kepada Modou Kane. "Kamu lulus ujian. Untuk orang yang baru datang ke Indonesia, sudah mampu seperti itu (menyebutkan dasar negara Pancasila), ada harapan besar. Apalagi usia mereka masih sangat muda. Oleh karena itu kami dari Fraksi Partai Demokrat menerima usulan PP Perbasi agar mereka diberikan kesempatan jadi pemain naturalisasi untuk mendukung dalam pertandingan-pertandingan yang hadir di 2021 maupun di 2023," lanjut Dede.

Selain dari Partai Demokrat, hadir dalam rapat yang dipimpin Agustina Wilujeng Pramestuti itu Fraksi PDI Perjuangan. Dari Partai moncong putih ini, Putera Nababan mengapresiasi langkah naturalisasi yang diambil PP Perbasi dan didorong Kemenpora. Ini karena pemain yang diajukan mendapatkan kewarganegaraan Indonesia masih muda. 

Kemudian suara dukungan juga mengalir dari Fraksi lainnya. Di antaranya Fraksi Golkar, Gerindra, Nasdem, PKB, PKS, dan PAN. "Proses naturalisasi ini hal yang wajar. Dengan catatan, sepak bola banyak naturalisasi namun belum menunjukkan prestasi atau nama baik Indonesia sesuai yang diharapkan. Tentunya dengan naturalisasi di bola basket ini kami harapkan ada peningkatan luar biasa tidak hanya di event saja tapi jadi motivasi atlet lokal," terang Sakinah Aljufri, wakil dari Fraksi PKS.

Sementara Desi Ratnasari mewakili Fraksi PAN mendukung karena proses naturalisasi ini biasa dalam dunia olahraga namun ada beberapa catatan. Pertama, naturalisasi ini sebagai jalan pintas demi terjadinya percepatan prestasi bagi cabang olahraga. Hanya, jangan sampai menghambat munculnya regenerasi atlet-atlet dari Indonesia sendiri. Kemudian jangan juga lupakan proses akulturasi budaya.

"Terutama untuk Kane dan Dame yang masih muda, dibawah 16 tahun. Jangan sampai nanti terjadi culture shock. Perlu dipikirkan mental mereka, psikis mereka jangan sampai nanti kontraproduktif dengan cita-cita yang dicanangkan bersama," ingat Desi.

Ketum PP Perbasi Danny Kosasih menjelaskan, jalur naturalisasi bukan satu-satunya jalan tapi salah satu cara untuk percepatan prestasi olahraga. Karena itu, PP Perbasi juga sudah siapkan tim elite muda. Mereka nanti akan diikut sertakan pada kejuaraan di luar negeri jika pandemi Covid 19 selesai selain berkompetisi di dalam negeri. Saat ini juga ada beberapa pemain muda Indonesia belajar di luar negeri. Di Australia, Spanyol, juga Taiwan.

"Kalau kita lihat secara global, Amerika saja masih impor pemain dari Eropa. Untuk di Indonesia, selama bangsa kita masih bisa bersaing, Perbasi sebaiknya tidak lakukan naturalisasi," ujar Danny. "Kami tahu banyak klub minta pemain dengan naturalisasi ini. Namun sampai saat ini gak ada yang bela klub. Ini karena kami komitmen bahwa proses naturalisasi ini untuk kepentingan timnas," tegas Danny.

Manajer Timnas Indonesia Maulana Fareza Tamrella menjelaskan, kehadiran pemain naturalisasi ini tidak akan menghilangkan peluang pemain asli Indonesia membela timnas. Ini karena FIBA sendiri membatasi hanya dua pemain naturalisasi yang bisa didaftarkan. Naturalisasi dibutuhkan untuk menutup kekurangan dalam tim. Terutama untuk pemain dengan postur tinggi di posisi center.

Sementara Menpora Zainudin Amali sangat setuju bahwa pemain naturalisasi harus menjadi contoh bagi pemain lainnya. PP Perbasi juga harus melakukan pendampingan agar tidak terjadi culture shock. Juga pentingnya dilakukan penanaman nasionalisme dalam diri pemain. 

"Sekali lagi, saya datang ke Komisi X karena memang ada kebutuhan yang urgent karena kita sudah ditetapkan sebagai tuan rumah (FIBA Asia Cup 2021 dan FIBA World Cup 2023). Saya tidak ingin kita jadi tuan rumah saja, sebagai penyelenggara tapi kita tidak main di situ. Kita tidak ingin hanya jadi pelayan bagi tim-tim yang datang, apapun hasilnya, " tukas Menpora.

Setelah RDP dengan Komisi X, PP Perbasi dan Menpora Zainudin Amali juga rapat dengan Komisi III. Dalam rapat sejak rabu sore, Komisi III menyetujui naturalisasi tiga pemain ini untuk bantu Timnas Indonesia mentas di FIBA World Cup 2023. Tentu syaratnya adalah merebut posisi delapan Asia di FIBA Asia Cup 2021 nanti. (*)