ini, dilakukan oleh pakar pengobatan internal Sarah Jackson. Riset dilakukan dengan meneliti kadar kortisol 2.527 orang berusia 54 tahun ke atas.Dari hasil analisis data, terungkap bahwa orang yang memiliki lingkar pinggang dan indeks massa tubuh yang tinggi juga memiliki kadar kortisol yang tinggi di dalam tubuhnya. Kadar kortisol merupakan hormon yang diproduksi saat seseorang berada dalam kondisi stres.“Dari sini, kami bisa menyimpulkan bahwa stres jangka panjang juga dapat meningkatkan risiko obesitas,” ucap Jackson.Tak hanya dirasakan oleh pikiran, efek stres bisa tampak pada kondisi fisik kita, salah satunya terjadinya kenaikan berat badan. Hal ini terjadi karena stres bisa memicu produksi kortisol. Produksi kortisol yang berlebihan ini menstimulasi nafsu makan secara signifikan.Itu sebabnya, banyak orang mengalihkan stres dengan makan. Lambat laun, hal ini bisa meningkatkan penyimpanan lemak tubuh, terutama di bagian perut. Selain itu, stres juga bisa membuat metabolisme melambat yang membuat proses pembakaran kalori di tubuh pun berkurang.Sekumpulan kondisi ini pula yang membuat berat badan meningkat dan memicu obesitas. Padahal, obesitas juga bisa meningkatkan risiko kita mengalami berbagai penyakit kronis seperti diabetes, stroke, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.
Baca Juga :