“Kisah-kisah ini, mereka tinggal bersamamu selamanya. Orang-orang yang hilang selama perang, dan jumlah teman yang saya miliki yang kehilangan ayah atau paman atau saudara laki-laki mereka, atau bagaimana orang-orang diambil dengan kejam dari rumah mereka,” kenangnya.Februari 2008, Kosovo mendeklarasikan kemerdekaannya. Ia menyaksikan momen tersebut melalui layar kaca di flat keluarganya.“Saya ingat melihat kegembiraan orang tua saya dan keluarga saya dan semua orang, mendengar seluruh kota bergemuruh ketika Hari Kemerdekaan terjadi,” katanya.Namun, saat itu keingingan Lipa untuk kembali ke London semakin besar. Lipa yang sedari kecil bercita-cita menjadi musisi merasa Kosovo bukanlah tempat yang tepat untuk mengembangkan karir musiknya.Akhirnya, Lipa memutuskan meninggalkan Pristina sendirian hijrah ke London tahun 2011 ketika usianya baru 15 tahun.Dia tinggal di Inggris bersama seorang teman keluarga yang sedang menempuh pendidikan di London School of Economics. Lipa memulai peruntungan di dunia musik hingga meraih sukses seperti sekarang.[caption id="attachment_476047" align="alignnone" width="603"]
Foto: Instagram[/caption]Sadar saat ini dirinya menjadi public figure
dimana suaranya bisa didengar banyak orang, Lipa kerap memanfaatkan platform media sosialnya untuk menyuarakan keadilan. Terlebih dia sudah belajar banyak dari akar budaya dan pengalaman tinggal di Kosovo.“Itu terutama datang karena akar saya di Kosovo, dan ingin mengambil sikap serta berbicara tentang situasi pengungsi. Dan kemudian perlahan mulai memahami bagaimana, Anda tahu, politik perang, bagaimana semua itu terjadi, mengapa begitu banyak anak terlantar,” jelas Lipa.“Hal-hal yang berasal dari pengalaman pribadi kemudian ingin belajar lebih banyak dan mencoba juga menjadi suara bagi banyak orang lain. saya merasa perlu menggunakannya (media sosial) untuk melakukan sesuatu yang lebih baik daripada memposting foto-foto lucu,” pungkasnya.
Baca Juga :