Awalnya laporan yang beredar hanya menyebutkan keluarga itu berasal dari sebuah negara di Asia Tenggara.
"Satu keluarga pria dan wanita dewasa dan seorang anak dari Asia Tenggara dipulangkan ke Australia Selatan pekan lalu oleh perusahaan evakuasi medis swasta," kata Dr Emily Kirkpatrick, Wakil Kepala Badan Kesehatan Publik setempat.
Aparat Federal Bantu Fasilitasi Penerbangan
Namun kemarin, juru bicara dari satuan penjaga perbatasan Australia, atau Australian Border Force (ABF) menyebutkan, lembaganya yang membantu memfasilitasi penerbangan evakuasi medis pada 25 Juni lalu dari Indonesia ke Australia Selatan.
Tiga orang di dalam pesawat tersebut diketahui memiliki status warga negara Australia yang berasal dari kota Adelaide, tapi bekerja di Indonesia.
Penerbangan dengan pesawat sewaan itu dibayar oleh pihak keluarga tersebut.
Pemerintah Australia Selatan kemudian mengatur penjemputan dan membawanya ke hotel karantina, yakni hotel Tom's Court di pusat kota Adelaide.
Laporan ini terungkap saat kebijakan Pemerintah Federal Australia soal jumlah kedatangan internasional dipertanyakan Pemerintah Queensland.
Hal tersebut dipicu setelah diketahui salah satu klaster baru di Brisbane terkait dengan seseorang yang pernah bolak balik Indonesia dan Australia.
Tidak diketahui apakah orang tersebut berstatus warga negara Australia atau berstatus penduduk tetap (permanen resident-PR).
Saat ini, orang itu sedang dirawat di rumah sakit di Brisbane dan diketahui menulari seorang resepsionis, setelah dilakukan pelacakan dengan metode genome sequencing.
Resepsionis yang berusia 19 tahun itu kemudian menularkannya kepada adik laki-lakinya yang masih duduk di bangku sekolah.
Queensland dengan ibu kota Brisbane saat ini sedang menerapkan lockdown akibat penularan baru.,
Saat ini memang terjadi ketegangan antara pemerintah negara bagian dengan pemerintah federal.
Pemerintah Queensland menuding pemerintah federal tidak menutup perbatasan sepenuhnya dan masih membiarkan orang pemegang visa sementara untuk masuk.
Wakil Menteri Utama Queensland, Steven Miles mengatakan, ada 20 ribu orang yang tiba disini. Namun separuhnya merupakan pemegang visa sementara. Sebagian di antara mereka adalah berkewarganegaraan Indonesia. Namun pemerintah federal menolak tudingan itu dan menyebut pemerintah Queensland hanyalah berupaya mengalihkan perhatian warga dari kesalahan mereka mengelola hotel karantina. ABC Indonesia