Dia ingin melindungi anak-anak dan keluarga terutama orang tua, dan kebijakan masuk mal adalah haknya untuk mendapatkan hak istimewa."Tidak masuk akal jika kita mungkin terkena risiko infeksi dan penyebaran penyakit karena sedikit yang menahan diri dari vaksinasi,” katanya.Iman Hammadi, seorang pramuniaga di toko kosmetik di dalam mal, mengatakan pengunjung yang datang lebih sedikit dari biasanya. Dia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa situasi akan berlanjut dalam waktu yang lebih lama sehingga akan menyebabkan penurunan pendapatan penjualan."Kalau terus begini, target kita gagal. Targetnya bergantung pembeli. Pembeli lebih sedikit, penjualan lebih sedikit, maka uang perusahaan dan tenaga penjual berkurang," kata Iman sedih.Seorang warga Nada Al-Waleed mengatakan bahwa orang-orang kotamadya di gerbang memeriksa aplikasi di ponsel orang satu per satu. Ia berharap proses masuknya bisa mempercepat dan memudahkan para pengunjung.Warga lainnya, Ali Al-Nabhan, merasa perlu pergi ke mal pada hari itu, hanya karena penasaran."Saya merasa ingin merasakan keistimewaan divaksinasi, dan rasa penasaran membawa saya untuk melihat mal tanpa keramaian seperti biasanya. Saya kira keputusan Kemenkes sudah tepat. Beberapa negara lain juga sudah membuat keputusan serupa, dan kami tidak melihat ada keberatan dari rakyatnya," ujarnya."Sebaliknya, mereka mendukung keputusan pemerintah mereka, yang tertarik untuk membuat situasi aman bagi mereka dan keluarga mereka," tambahnya.Namun, warga Talal Al-Mutawa, yang takut divaksinasi dan memutuskan untuk menunggu lebih dari setahun untuk divaksinasi, mengatakan bahwa apa yang terjadi di mal sekarang patut dipertanyakan.“Mal-malnya hampir kosong sehingga banyak orang yang takut divaksinasi. Keputusan pemerintah seharusnya memotivasi orang lain dan memberi mereka solusi, bukan untuk membatasi orang,” keluhnya.
Xinhua
Baca Juga :