. Tetapi konsep itu masih perlu kajian secara mendalam.Ledia menekankan, jika pemerintah setempat tetap menyelenggarakan belajar secara tatap muka dengan metode hibrida, pola pengajaran harus adil."Katakanlah yang memilih pembelajaran tatap muka hanya 10 persen siswa, atau sebaliknya yang memilih pembelajaran daring 10 persen, guru tetap fokus perhatian dan persiapan sama baiknya,” imbuhnya.Meski demikian, Ledia mengingatkan juga kenyataan bahwa tingkat putus sekolah meningkat berbarengan dengan kualitas pendidikan yang menurun menyusul tidak tercapainya target kurikulum pendidikan.“Kemendikbud Ristek harus menguji efektivitas PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), kualitas tenaga pendidik, peserta didik dan materi pembelajaran," katanya, seperti dikutip dari viva.co.id.
Baca Juga :