Indonesia Police Watch (IPW) menyalahkan Menpora dan Ketum PSSI atas kerusuhan dan kerumunan yang terjadi usai Final Piala Menpora.
Ketua Presidium IPW Neta S Pane, Kapolri, Menpora dan Ketum PSSI harus meminta maaf kepada masyarakat atas dua kejadian yang terjadi usai pertandingan leg kedua final Piala Menpora, Minggu (25/4).Menurut Neta S Pane, kedua suporter Persib dan suporter Persija sama-sama melanggar aturan.Suporter Persija Jakarta, The Jakmania membuat keramaian dan kemacetan parah di Bunderan HI setelah klub kesayangannya berhasil menjadi juara. Ditambah lagi, tak ada protokol kesehatan yang dipatuhi, menyebabkan peluang penyebaran virus Covid-19.Suporter Persib, Bobotoh mengamuk dan merusah Graha Persib gara-gara Maung Bandung kalah, apalagi kekalahan itu dari rival abadi mereka. Bahkan bobotoh merusak mobil-mobil berplat B yang memasuki kota Bandung, yang merupakan mobil plat asal Jakarta.Indonesia Police Watch (IPW) kemudian menilai kedua aksi itu terjadi akibat kecerobohan Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI, setelah ketiganya nekat menggulirkan Piala Menpora di tengah pandemi Covid 19.Sehingga IPW menilai ketiga petinggi tersebut harus bertanggung jawab."Sebagai tanggung jawab moral, Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI harus segera mengganti semua kerusakan dan kerugian masyarakat yang disebabkan amuk suporter, terutama di Bandung," kata Neta dalam siaran pers yang diterima antvklik.com, Selasa (27/4).IPW mengecam keras pernyataan Menpora yang meminta Polri segera menangkap para suporter yang memprovokasi aksi kerumunan itu, sebab kompetisi yang membawa label kementrian tersebut adalah atas prakarsa Menpora sendiri."Semua yang terjadi ini menjadi tanggungjawab Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI. Akibat kecerobohan ketiganya jangan kemudian tanggungjawabnya dileparkan kepada suporter. Lalu para suporter dengan semena mena ditangkap dan diproses hukum oleh aparat kepolisian," ucap Neta lagi.Di sisi lain, Neta mengatakan peristiwa amuk suporter di Bandung dan kerumunan suporter mengepung Bundaran HI membuka mata publik betapa lemahnya intelijen dan aparatur siber Polri."Akibat lemahnya intelijen dan polisi siber semuanya terbiarkan tanpa diantisipasi dan dideteksi dini. Polisi baru sibuk dan kebingungan setelah massa berkumpul dan mengamuk," katanya.Hal yang sama dikatakan Neta, jika aksi pengepungan massa itu terjadi di depan Istana Kepresidenan."Apa jadinya? Dalam hal ini, IPW menilai Polri sudah kebobolan. Antisipasi, deteksi dini, dan kepekaannya sangat lemah. Padahal rencana aksi itu sudah muncul di medsos beberapa jam sebelumnya dan Polri tidak mengantisipasinya," tambah Neta."Sekarang setelah amuk suporter dan aksi kerumunan massa di Bundaran HI terjadi, Polri baru sibuk hendak memburu medsos pemrakarsanya. Polri lagi-lagi hanya menjadi pemadam kebakaran yang sangat jauh dari konsep Presisi," tandasnya.Sekali lagi, IPW menyampaikan bahwa untuk urusan kali ini tak perlu menangkap dan menghukum para suporter. Karena tanggung jawab yang sesungguhnya ada pada Kapolri, Menpora dan Ketum PSSI, yang masih tetap nekat menggelar turnamen di tengah pandemi.Sehingga IPW meminta ketiganya untuk segera meminta maaf kepada masyarakat atas kerugian yang ditimbulkan dari aksi-aksi suporter tersebut.
Baca Juga :