Curhat Perempuan Indonesia yang Kerja di Industri Migas dan Tambang

anjungan minyak lepas pantai
anjungan minyak lepas pantai (Foto : )
Belum banyak perempuan yang bekerja dalam industri minyak dan pertambangan.  Seperti apa curahan hati (curhat) mereka mereka? 
Vidya Sinisuka adalah ahli struktur (construction platform) di Norwegia yang  memimpin tim dengan mayoritas laki-laki dari Eropa.Ia mengungkapkan tantangan yang dihadapinya sejauh ini adalah pandangan kaum pria bahwa perempuan sebaiknya tidak bekerja dalam sektor yang mereka dominasi.Itu diwujudkan dengan keengganan atau penolakan mereka dalam mengerjakan tugas, walaupun akhirnya mereka menuruti apa yang ia perintahkan.“Ketika kita menjadi seorang pemimpin maka laki-laki itu merasa bahwa peranan mereka diambil alih,” tukasnya.Tantangan lain, yang secara pribadi dirasakan perempuan yang menjadi minoritas dalam bidang pekerjaannya adalah rasa sepi.Ini terutama ketika tim mencapai keberhasilan tertentu, ia hanya sendiri di antara rekan-rekan pria yang merayakan kesuksesan yang mereka raih.Vidya menegaskan dukungan harus diberikan kepada perempuan yang berprofesi dalam industri tambang dan perminyakan.Ibu dari tiga anak yang telah lebih dari 13 tahun berprofesi dalam sektor tambang dan perminyakan. Selama ini ia merasa dihargai oleh pemerintah Norwegia dan perusahaan tempatnya bekerja.Vidya merasa beruntung bisa menjalani pekerjaannya sekarang. Ia juga merasa tenang karena tersedia lembaga penitipan anak yang nyaman dan adanya jaminan kesehatan bagi anak-anak.“Ketika hamil, saya diberi kesempatan cuti selama 1 tahun dengan gaji 100 persen dibayar oleh perusahaan dan pensiun juga tetap berjalan,” ujar Vidya.Hanya saja, Vidya menyebut satu kekurangannya. Ia tidak mempunyai sanak saudara atau teman yang dapat menolong kalau ia menghadapi tantangan sebagai perempuan untuk tetap terus bekerja.

Pernah Diremehkan

Sementara, Maria Sianipar berprofesi sebagai process safety engineer di Surabaya, Jawa Timur. Ia mengaku pernah merasa diremehkan.Perempuan lulusan ITB itu bersama rekan-rekan perempuan lainnya berharap mendapat peluang berkarir dan kesempatan promosi jabatan yang sama dengan kaum pria.“Kalau yang saya alami, teman-teman perempuan saya pernah curhat juga, sepertinya kami delay (terhambat, red.) untuk jenjang itu (promosi karir) dibandingkan teman-teman yang pria,” katanya.Berbekal pengetahuan semasa kuliah pada jurusan teknik kimia, Maria memberi harapan bagi rekan dan perempuan muda Indonesia agar terus berkontribusi dan berkarya bagi Indonesia.“Untuk rekan-rekan, adik-adik yang di luar sana, yang masih belajar, yang belum tahu mungkin cita-citanya…mungkin dari sekarang bisa dipikirkan,” pesannya.Sementara Restu Juniah, dosen pengajar di Universitas Indonesia dan Universitas Sriwijaya berpandangan, dunia kerja dalam sektor pertambangan dan migas ibarat dua sisi mata uang yang menjanjikan penghasilan tinggi namun pada sisi lain penuh dengan tantangan.Praktisi sekaligus dosen pengajar bidang pertambangan dan lingkungan migas itu menjelaskan bahwa perempuan berprofesi dalam sektor migas sebaliknya justru menghadapi tantangan itu sebagai suatu kesempatan.Restu mencatat lima perempuan Indonesia yang hingga kini berhasil mencapai posisi manajemen tertinggi dalam sektor tersebut.“Bahwa mereka bisa melewati tantangan tersebut dan mencapai posisi nomor satu (dalam posisi direktur utama atau presiden direktur),” katanya lagi.VOA Indonesia