Tercatat ada 34 polisi dan seorang petugas pemadam kebakaran Myanmar yang kabur ke India lantaran menolak menembak para demonstran. Bahkan mereka mengaku disuruh menembak keluarga sendiri jika tak sepaham dengan junta militer.
Sebanyak 34polisi dan seorang petugas pemadam kebakaran Myanmar berlindung di negara bagian Mizoram, India. Mereka khawatir tak dapat pernah kembali ke rumah lagi.Mizoram sendiri terletak di bagian timur laut India dan berbatasan dengan Bangladesh serta Myanmar.Seorang polisi Myanmar yang menolak menyebutkan identitasnya, mengaku diminta menembak keluarga sendiri jika tak sepaham dengan junta militer.“Kami diminta untuk menembak keluarga kami sendiri jika mereka tidak sepihak dengan militer. Kami tidak dapat melukai orang-orang kami sendiri. Itu sebabnya kami datang ke Mizoram," kata seorang polisi yang pernah bertugas di Tedim, MyanmarKantor berita Associated Press belum dapat memverifikasi secara independen klaimnya itu.
Cegah Pengungsi Masuk
Sementara warga di Mizoram telah memberikan tempat tinggal sementara, tempat tidur, dan makanan bagi warga Myanmar atas dasar kemanusiaan.Warga Myanmar yang kabur ke India, kini lebih banyak menghabiskan waktu dengan menonton siaran televisi lokal dan melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari.Sebagian dari mereka yang membawa telepon genggam, berusaha berkomunikasi dengan keluarga yang terpaksa ditinggalkan. Pada malam hari, mereka tidur di kasur yang dibentangkan di lantai.Sebelumnya, junta militer Myanmar telah meminta India untuk memulangkan polsi yang kabur dari negaranya.Sementara pada pekan lalu, Kementerian Dalam Negeri India memerintahkan pemerintah di empat negara bagian yang berbatasan dengan Myanmar agar mengambil langkah-langkah untuk mencegah pengungsi memasuki India kecuali atas dasar kemanusiaan.Kementerian Dalam Negeri India menyatakan, negara bagian-negara bagian itu tidak diizinkan memberikan status pengungsi kepada siapapun yang memasuki India dari Myanmar. Ini karena India bukan penandatangan Konvensi Pengungsi PBB tahun 1951 atau protokolnya pada 1967.Berdasarkan data Komisi HAM PBB, sejak junta militer melakukan kudeta pada 1 Februari 2021, sudah lebih dari 200 demonstran tewas ditembak aparat keamanan Myanmar.Sementara ribuan orang lainnya ditahan di berbagai kota. Di antara mereka terdapat para pemimpin sipil negeri itu, termasuk Aung San Suu Kyi.VOA Indonesia
Baca Juga :