Sidang pengadilan pertama untuk pria yang dituduh membunuh delapan orang dalam serangkaian penembakan brutal di 3 panti pijat di negara bagian Georgia, dilaporkan telah dibatalkan. Motif rasial dalam penembakan yang menewaskan 6 orang Asia itu diragukan.
Seperti diberitakan VOA Indonesia , Jumat (19/3/2021), Robert Aaron Long, Kamis sore (18/3) , akan dikenai dakwaan di Cherokee County, tetapi seorang pejabat pengadilan county (setingkat kabupaten) mengatakan kepada harian Washington Post Kamis pagi bahwa sidang itu telah dibatalkan.Menurut harian itu, para pejabat pengadilan tidak dapat menjelaskan mengapa sidang pengadilan Long dibatalkan. Mereka hanya mengatakan bahwa bukti-bukti dalam kasus tersebut telah “disegel” dan bahwa “yang bisa saya katakan adalah bahwa sidang itu telah dibatalkan hari ini.”Tim jaksa hari Rabu mendakwa Long, 21, dari Woodstock, Georgia, dengan delapan dakwaan pembunuhan dan satu dakwaan percobaan pembunuhan. Dia ditangkap setelah melakukan penembakan di daerah Atlanta pada Selasa sore dan kini ditahan di Pusat Tahanan di Cherokee County.Polisi mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka belum menemukan motif penembakan itu, di mana enam dari mereka yang terbunuh adalah wanita keturunan Asia. Seorang pria kulit putih dan seorang wanita kulit putih adalah dua korban lainnya. Orang kesembilan kini masih dirawat di rumah sakit karena luka-lukanya, kata polisi.Ketika ditangkap, Long memberi tahu polisi bahwa serangan itu tidak bermotif ras. Dia memiliki masalah dengan “kecanduan seks,” kata pihak berwenang.“Dia menunjukkan indikator bahwa dia memiliki beberapa masalah, kemungkinan kecanduan seks, dan mungkin sering mengunjungi tempat-tempat ini.”Para pejabat mengatakan mereka tidak tahu apakah Long benar-benar mengunjungi panti-panti tempat penembakan itu terjadi dan mengatakan dia mungkin sedang melakukan perjalanan ke Florida untuk melakukan lebih banyak penembakan.Kepala Polisi Atlanta Rodney Bryant mengatakan masih terlalu dini untuk mengklasifikasikan penembakan itu sebagai kejahatan bermotif ras.
VOA Indonesia
Baca Juga :