Badai pandemi virus Corona yang telah berlangsung selama setahun inj, membuat perekonomian Indonesia terpuruk. Banyak perusahaan yang jatuh bangkrut dihantam pandemi korona.
Namun bangkrut tidak lantas harus terpuruk. Justru situasi tak menyenangkan tersebut harus dijadikan momen untuk bangkit. Kembali menata hidup dengan belajar dari kesalahan masa lalu.Hal Itu yang dilakukan Bowo Cahyono, seorang wiraswastawan dibidang digital marketing. Pria kelahiran Gunung Kidul, Yogyakarta tersebut menuangkan segala perih hidupnya yang kemudian melahirkan motivasi-motivasi brilian yang akhirnya mampu membuatnya bangkit melawan pandemi korona yang sempat menghancurkan perekonomian bisnis miliknya. melalui sebuah buku berjudul Buku Titik Balik, Hidup Apa Adanya. Buku yang ditulis hanya dalam waktu sebulan tersebut, ternyata mendapatkan respon bagus dari kalangan pembaca.“Buku ini benar-benar berisi metode yang saya lakukan untuk bangkit di tengah keterpurukan ekonomi,” kata Bowo.Dijumpai di bilangan Bintaro, Tangerang Selatan, pada Kamis (25/2/2021) lalu, Bowo menceritakan beberapa bisnisnya gulung tikar akibat pandemi Covid-19 dan menyisakan hutang hingga Rp500 juta. Bisnis taksi online dan showroom motor yang semula dijadikan salah satu andalan hidupnya, perlahan bangkrut dan akhirnya tutup.Padahal untuk membangun bisnisnya, Bowo menggunakan modal hutang dari pihak kedua. Atau ada juga yang menggunakan sistem kerjasama.Tapi apa boleh dikata, ketika bisnis tak menguntungkan, nota kerjasama bisnis dengan pihak kedua justeru berubah menjadi hutang yang menggunung. Pihak mitra maunya untung, tapi tak mau menanggung rugi. “Sayang saya waktu itu belum paham model kerjasama yang aman,” tambahnya.Akibat hutang yang menggunung, Bowo menjadi sasaran debt collector. Hidup pun tak nyaman. Dihantui rasa ketakutan dan kekhawatiran. Sebab debt collector tidak hanya mengancam dan menerornya, tetapi juga mengganggu keluarga yakni anak dan istri.Dalam keterpurukan tersebut, Bowo lantas mencoba bangkit. Sisa-sisa uang yang ada, ia gunakan sebagai modal. Ibarat kata hanya modal beli pulsa untuk dapat mengakses media sosial. Ya, lewat media sosial Bowo mulai bangkit, mulai merintis usahanya kembali.“Jual beli motor saya lanjutkan, tetapi tidak lagi pakai showroom. Saya cukup memajang barang dagangan di media sosial, menawarkan lalu ada saja masyarakat yang berminat membeli,” katanya.Kisah tentang bagaimana dia membuka showroom virtual tersebut menjadi satu dari 48 kisah menarik yang ditulisnya di buku Titik Balik. Kisah-kisah inspiratif lainnya bisa menjadi model bagi siapa saja yang mau bangkit dari keterpurukan ekonomi seperti yang telah Bowo lakukan. Misalnya saja Facebook Menghasilkan Uang, Saktinya Bisnis Online, Usaha Itu Menjual Solusi, Cara Menyelesaikan Hutang, Rejeki yang Diantar, Nyari Uang Recehan dan sebagainya.Dalam buku setebal 195 halaman tersebut, Bowo juga berkisah tentang kiat untuk sukses dengan menghindari hutang (riba). Ia mengatakan jika bisnis dibangun dengan hutang apalagi riba, maka tunggulah masa kehancurannya.‘Ini yang namanya uang kita disedot dengan bunga kredit. Sudah saya katakan di depan bahwa ini buang-buang uang.’ (hal 50).Karena itu ketika Bowo bertekad hijrah, semua barang yang dibeli dengan sistem kredit dan riba, dia jual termasuk mobil dan rumah. Dari hasil penjualan asset tersebut Bowo lantas menutupi semua sisa hutangnya.Dalam buku yang dijual secara online tersebut, Bowo juga memberikan kiat bagaimana memulai usaha tidak dengan modal yang besar, tidak dengan lokasi yang strategis atau biaya marketing yang mencekik. Bahkan bisa tidak memakai jasa karyawan. Semua bisa dimulai dari media sosial, yakni jualan secara online.Kiat suksenya berjualan melalui internet, dalam buku tersebut Bowo mengupas tuntas dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami masyarakat awam. ‘Terus bangun secara bertahap, bangun keakraban dengan customer. Buat status-status. Shandi March | Jakarta
Baca Juga :