Trayek Baru Tol Laut Dorong Indonesia Timur Terbebas dari Jerat Disparitas Harga

Trayek Baru Tol Laut Dorong Indonesia Timur Terbebas dari Jerat Disparitas Harga (Foto Dok. Ditjen Hubla Kemenhub)
Trayek Baru Tol Laut Dorong Indonesia Timur Terbebas dari Jerat Disparitas Harga (Foto Dok. Ditjen Hubla Kemenhub) (Foto : )
Kementerian Perhubungan cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut terus melakukan optimalisasi dan akselerasi program tol laut dengan cara menambah trayek baru.
Hal ini dilakukan dalam rangka menunjang pendistribusian barang dan pengembangan ekonomi di daerah terpencil dan daerah belum berkembang serta dalam upaya menurunkan disparitas harga antara wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur.Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Capt. Antoni Arif Priyadi mengungkapkan selama ini wilayah Indonesia Timur terkenal dengan disparitas harga yang cukup tinggi.Hal itu disebabkan oleh tingginya biaya distribusi logistik dari daerah produsen ke daerah tersebut. Inilah yang mendasari lahirnya program Tol Laut dengan tujuan memangkas biaya logistik sehingga harga yang diterima oleh masyarakat sebagai pengguna akhir menjadi tidak terlalu mahal dan konektivitas antar daerah.Dia mengatakan rute Tol Laut awalnya hanya memiliki 2 trayek di tahun 2015. Seiring berjalannya waktu, trayek tersebut terus bertambah karena manfaat dari tol laut yang sudah dirasakan masyarakat secara nyata.
Pada tahun 2016 mengalami peningkatan 6 trayek, berlanjut pada tahun 2017, ada 13 trayek baru Tol Laut. Kemudian di 2018 bertambah lagi 18 trayek. Di 2019 bertambah 20 trayek dan di 2020 bertambah 26 trayek.Penambahan jumlah trayek tersebut selalu diiringi dengan penambahan jumlah Pelabuhan dan kapal.“Untuk tahun 2021 ini, Ditjen Hubla menambah 4 trayek baru sehingga keseluruhan menjadi 30 trayek. Melibatkan 106 pelabuhan, yang terdiri atas 9 pelabuhan pangkal, dan 97 pelabuhan singgah,” katanya di Jakarta, Rabu (17/2/2021).Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, daerah yang dilewati Tol Laut saat ini masyarakatnya sudah menikmati penurunan harga barang antara 20 – 30 persen.Dari data tersebut menunjukkan bahwa program Tol Laut selama ini telah berhasil mengurangi disparitas harga yang selama ini menjerat masyarakat terutama di wilayah Indonesia Timur serta daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan (3TP).Dia melanjutkan, untuk membantu Indonesia Bagian Timur terbebas dari disparitas harga, maka diperlukan pelayaran yang berkesinambungan, tetap dan teratur melalui penyelenggaraan angkutan barang di laut ke seluruh wilayah Indonesia.Hal ini terjawab dengan dilakukannya penambahan rute baru Tol Laut dengan kode T-19 di Papua yang dilayani oleh penugasan kapal milik PT Pelni yaitu Kapal Logistik Nusantara 2.Adapun yang melatarbelakangi penetapan rute tersebut berdasarkan Inpres No. 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua Dan Papua Barat. Dia juga berharap kehadiran trayek baru ini dapat menjadi sarana untuk memasarkan produksi lokal berupa hasil pertanian atau perkebunan serta hasil perikanan untuk diangkut melalui kapal ini ke tujuan pasar yang lebih menguntungkan.Dirlala menjelaskan dengan adanya rute tol laut tersebut membuka pelabuhan-pelabuhan baru, diantaranya Pelabuhan Kokas di Kabupaten Fak fak, Pelabuhan Korido di Kabupaten Supriori dan Pelabuhan Depapre di Kabupaten Jayapura dalam rangka Ships Promote the Trade.“Dengan adanya rute tol laut di wilayah Papua tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemampuan layanan pelabuhan sehingga dapat memperlancar arus barang, menurunkan biaya logistik dan meningkatkan pemerataan di daerah 3TP,” jelasnya.Kabupaten Merauke melalui Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Merauke mengawali tahun 2021 dengan mencatat prestasi dan sejarah dengan dibukanya Tol Laut trayek T-19 yang melakukan pengiriman Bahan Pokok Penting (Bapokting) dari Utara Papua ke Selatan Papua.Sebelumnya, Pelayaran perdana telah dilepas oleh Wakil Bupati Merauke beberapa waktu lalu sebagai pelabuhan pangkal dengan membawa muatan 21 kontainer muatan Bapokting sebagai Komoditi unggulan hasil produksi petani yaitu beras sebanyak 20 kontainer dan 1 kontainer berisi kecap.Pengiriman 21 kontainer dari Kabupaten Merauke ini, dikirim dan didistribusikan ke seluruh wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat.Dalam perjalanan perdananya tersebut, kapal telah singgah di Pelabuhan Kokas yang merupakan Pelabuhan di wilayah Kab. Fakfak yang disambut oleh Wakil Gubernur Papua Barat.Selanjutnya, tiba di Pelabuhan Sorong dan di Pelabuhan Korido yang juga merupakan Pelabuhan Baru yang masih dalam tahap uji coba di Kabupaten Supriori. Kapal Logistik Nusantara 2 berangkat dari Pelabuhan Korido pada dan tiba di Pelabuhan Depapre, Kabupaten Jayapura.