Peringatan 79 tahun berdirinya Kelompok Usaha Bakrie hari ini digelar secara virtual. Direktur Utama PT Bakrie & Brothers, Anindya Novyan Bakrie mengatakan, Kelompok Usaha Bakrie harus terus inovatif dan adaptif dengan perubahan zaman yang cepat.
Direktur Utama PT Bakrie & Brothers, Anindya Bakrie, menyampaikan sambutan secara virtual dalam peringatan 79 tahun berdirinya Kelompok Usaha Bakrie, Rabu (10/2/2021) pagi.
Menurutnya, sebagaimana biasa, setiap tahun Kelompok Usaha Bakrie melaksanakan acara doa dan tabur bunga di makam pendiri Kelompok Bakrie.
Guna menghindari penyebaran wabah Covid-19 dan larangan berkumpul dalam jumlah banyak, maka untuk tahun ini peringatan digelar secara virtual.
Anindya mengatakan, sudah 79 tahun usia Kelompok Usaha Bakrie. Ini merupakan perjalanan panjang adalah sebuah pencapaian khusus bagi kelompok usaha di Indonesia.
"Tidak hanya bertahan dalam berbagai krisis, namun Kelompok Usaha Bakrie Alhamdulillah terus tumbuh mengembangkan kapasitas dan kapabilitasnya dalam berbisnis," katanya.
game changer yang mempengaruhi ekonomi Indonesia pada 2021 dan seterusnya. Pertama adalah vaksinasi, dan kedua adalah turunan dari UU Cipta Kerja.
"Dua game changer tersebut apabila dapat dikelola dan dijalankan dengan baik akan dapat mendorong peningkatan iklim investasi, mendorong produktifitas dan penciptaan lapangan kerja serta mengakselerasi proses digital dan industri 4.0," paparnya.
Oleh karena itu, kata Anindya, Kelompok Usaha Bakrie harus terus beradaptasi dengan perubahan tersebut dan cepat menangkap peluang bisnis yang ada agar tetap kompetitif dan tetap relevan serta bertumbuh.
"Kelompok Bakrie harus segera mengelola perubahan yang terjadi karena kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan pengalaman dan lamanya berbisnis atau skala bisnis dan beragamnya sektor usaha yang dimiliki," katanya
"Tantangan di era teknologi yang berlangsung cepat dan berimplikasi bahwa pada bahwa bukan zamannya lagi yang besar mengalahkan yang kecil. Yang cepat mengalahkan yang lambat. yang paling kuat adalah yang paling bisa beradaptasi dengan perubahan," jelasnya lagi.
Revolusi Digital
Dikatakan, selama pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung setahun lebih, perekonomian banyak negara di dunia, termasuk Indonesia tumbuh negatif pada 2020. Selain itu perubahan juga terjadi berkat revolusi digital yang melahirkan teknologi-teknologi baru yang berpotensi disruptif pada proses bisnis. Tentu semua ini demi pelayanan dan produk yang lebih baik kepada pelanggan. Menurut Anindya, hampir semua sektor bisnis terdampak hal tersebut. Mulai dari kondisi ekonomi yang tak pasti, regulasi-regulasi baru, perubahan perilaku konsumen dan munculnya pertumbuhan baru dan kompetisi dan kompetisi non tradisional. Anindya menyebut di Indonesia ada dua faktor pengubah permainan atauBerbasis Inovasi
Ditegaskan, industri yang akan mampu survive adalah berbasis pada inovasi. Model bisnis konvensional harus bersentuhan inovasi agar lebih lentur dan mampu menghadapi digitalisasi. Menurutnya, bidang baru harus tetap dijajaki tetap berbasis inovasi agar dapat memenangkan persaingan. "Saat ini kita mulai berpikir tentang Bakrie 100 tahun yang kurang lebih 21 tahun dari saat ini. Apapun fokus 21 tahun ke depan, Kelompok Bakrie harus menjadi yang paling adaptif dan paling inovatif dalam era transisi dan digital," katanya. "Insya Allah kita akan terus hadir di bumi Indonesia hingga lebih dari usia satu abad dengan lebih bermanfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidup," katanya. Menurut Anindya, jika hal tercapai maka Kelompok Usaha Bakrie menjadi bagian tak terpisahkan untuk mendorong Indonesia menjadi 8 besar ekonomi dunia. Selain itu Kelompok Usaha Bakrie agar menjadi pemimpin di bidang ESG (Environment Social Governence) untuk memenuhi sustainable development goals, seperti pengurangan kemiskinan, pemberdayaan perempuan, edukasi yang terjangkau dan pembuatan energi berkelanjutan. Ditambahkan, keluarga Bakrie dan Kelompok Usaha Bakrie juga harus membantu indonesia untuk memenuhi Paris Accord, dimana Indonesia sudah berkomitmen untuk mengurangi emisi CO2 pada 2030 sebesar 29 persen.Baca Juga :