Fakta Unik yang Terjadi Didalam Rapat Kongres Sumpah Pemuda

Fakta Unik yang Terjadi Didalam Rapat Kongres Sumpah Pemuda
Fakta Unik yang Terjadi Didalam Rapat Kongres Sumpah Pemuda (Foto : )
www.antvklik.com
- Sejak dulu kita masih duduk di bangku sekolah dasar kita telah mempelajari tentang sejarah Sumpah Pemuda. Kita sudah tahu apa itu hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Hari Sumpah Pemuda adalah momen kita untuk tidak lagi terpecah-pecah oleh rasa kedaerahan "bertanah-air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu". Namun tahukah, anda dibalik rapat kongres sumpah pemuda ada beberapa fakta unik yang terjadi  didalam rapat kongres Sumpah Pemuda. Berikut adalah fakta unik yang terjadi didalam rapat kongres Sumpah Pemuda diantaranya:

1. Naskah Sumpah Pemuda Ditulis Satu Orang

Sumpah Pemuda
Ketika Mr. Sunario sebagai utusan kepanduan tengah berpidato di sesi terakhir kongres, sekretaris Yamin yang duduk di sebelah kiri ketua menyodorkan secarik kertas pada Soegondo sembari berbisik. “Saya punya rumusan resolusi yang elegan.” Soegondo lalu membaca usulan resolusi itu, memandang Yamin. Yamin tersenyum. Spontan Soegondo membubuhkan paraf “setuju.” Usulan resolusi itulah yang menjadi isi sumpah pemuda yang kita hafal sampai sekarang ini.

2. Sumpah Pemuda dibacakan di Rapat Ketiga

Sumpah Pemuda Sumpah Pemuda lahir dari Kongres Pemuda II yang berlangsung selama 2 hari di Jakarta, yakni tanggal 27-28 Oktober 1928. Kongres itu melangsungkan tiga rapat: rapat pertama di Gedong Katholieke Jongenlingen-Bond, Waterlooplein (sekarang daerah Lapangan Banteng). Rapat kedua di Oost Java Bioscoop Koningsplein Noord (sekarang jalan Medan Merdeka Utara). Dan rapat ketiga di gedong Indonesisch Clubgebouw Kramat 106. Nah, Sumpah Pemuda itu dibacakan di Rapat Ketiga.

3. Mengakali Polisi Belanda

Sumpah Pemuda Sejak hari pertama Kongres, yel-yel “Merdeka” sudah berulangkali berkumandang. Sampai-sampai polisi Belanda, yang mengawasi ketat jalannya Kongres, mengeluarkan larangan kata “Merdeka” dalam Kongres tersebut. Sabtu, 27 Oktober 1928. pukul 19.45 ketika Soegondo Djojopoespito membuka Kongres Pemuda II. Soegondo pemimpin rapat yang tangkas dan banyak akal. Pada satu kesempatan, polisi Belanda protes karena peserta rapat menggunakan kata “merdeka”, hal yang dilarang ketika itu. Soegondo kemudian berkata, “Jangan gunakan kata ‘kemerdekaan’, sebab rapat malam ini bukan rapat politik dan harap tahu sama saja.” Hal itu disambut tepuk tangan riuh dan tawa hadirin.

4. Hilangnya Daftar Hadir Ratusan Peserta Kongres

Sumpah Pemuda Waktu itu, jumlah peserta yang hadir mencapai 700 ratus orang. Tetapi yang tercatat sekarang, dengan merujuk pada daftar hadir, hanya 82 orang. Kongres Pemuda saat itu memang diawasi sangat ketat oleh Belanda. Bahkan, pada hari kedua setelah Kongres ditutup, polisi kolonial menyita semua dokumen-dokumen kongres. Sangat mungkin terjadi, daftar hadir ratusan peserta lainnya hilang karena penyitaan itu.

5. Usia Pencetus Sumpah Pemuda Masih Muda

Sumpah Pemuda Rata-rata usia pemuda pada saat itu baru masuk 20-an, banyak pula yang di bawah 18 tahun. Mereka berasal dari berbagai latar belakang berbeda. Daerah asal mereka berbeda, suku mereka berbeda, pun agama mereka. Lantaran mengenyam pendidikan Belanda, mereka kebanyakan fasih berbahasa Belanda dan tentunya bahasa daerah masing-masing. Hanya segelintir yang lancar bahasa Melayu, bahasa pergaulan masa itu. Pada 1920-an, para pemuda ini terkotak-kotak menjadi anggota berbagai perkumpulan yang bersifat kedaerahan.

6. Peserta Kongres Pemuda ke-II Merupakan Utusan Organisasi-Organisasi Pemuda

Sumpah Pemuda Sebagian besar peserta Kongres Pemuda ke-II merupakan utusan organisasi-organisasi pemuda, seperti Jong Java, Jong Soematra, Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi, Jong Ambon, dan Perhimpoenan Peladjar2 Indonesia (PPPI). Kongres ini juga dihadiri oleh utusan golongan timur asing Tionghoa.

7. Pertamakali Lagu Indonesia Raya Diperdengarkan Tanpa Syair

Sumpah Pemuda Untuk pertamakalinya, lagu “Indonesia Raya” diperdengarkan langsung oleh penciptanya, Wage Roedolf Soepratman, dengan gesekan biola. Tetapi tanpa syair, karena dikhawatirkan kata “Indonesia” dan “Merdeka” dalam syair lagu itu bisa menimbulkan masalah dengan petugas Polisi Belanda. ANTVLovers itulah fakta unik yang terjadi  didalam rapat kongres Sumpah Pemuda.